Movie Reviews

Budi Pekerti: Apa yang Tampak dan Tidak Tampak

Prolog Dalam memahami realitas, sudah semestinya manusia modern mengerti ada banyak hal yang dapat memengaruhinya. Salah satu yang paling masif di zaman ini adalah media sosial—yang boleh jadi tambang harta, tetapi juga, mimpi buruk bagi siapa saja. Melalui keberadaannya, otoritas untuk berasumsi bagi publik tidak terbatas, terbentuk dari apa yang terekam dan terunggah, dan membangun realitas baru yang kerap kali tidak terantisipasi dengan baik, Ketiganya kerap menghasilkan mimpi buruk baru: penghakiman sosial. Wregas Bhanuteja lewat Budi Pekerti (2023) mencoba menceritakan hal itu, dari sudut pandang yang—dapat dikatakan—sangat dekat dengan kehidupan masyarakat. Ialah Bu Prani (Sha Ine Febriyanti), seorang guru konseling SMP yang menemui bencana cancel culture, di momen paling tidak tepat di hidupnya. Di masa pandemi Covid-19, Bu Prani, suaminya

Read More »

Penyalin Cahaya: Narasi Terbaik tentang Fiksi Kekerasan Seksual

Sinopsis: Sur adalah seorang perempuan yang baru mengenal dunia barunya di kampus. Ia tengah berusaha mencicipi apa yang semua pemuda-pemudi idamkan: kepopuleran. Di tengah usahanya untuk mencapai hal tersebut, ia dikelilingi oleh lingkungan yang seakan mendukungnya. Sampai suatu malam, ia mengalami sebuah tragedi yang membuat lingkungan-lingkungan lain yang hidup di sekitarnya berantakan. Tugasnya sebagai mahasiswa yang bergantung pada beasiswa berantakan karena tragedi itu. Hidupnya di rumah sebagai anak perempuan yang mesti kuliah dan berperilaku baik berantakan pula. Sur mengobarkan keinginan untuk menuntut keadilan bagi siapa yang menyebabkan tragedi dan membuat hidupnya berantakan. Poin menarik: Fiksi-fiksi tentang kekerasan seksual Sebagai film yang memilih cara tutur fiksi, Penyalin Cahaya secara apik memotret kekerasan seksual dalam semesta yang tuntas. Seluruh ranah yang terlibat

Read More »

Drive My Car: Ruang Ekshibisi Kesedihan-kesedihan yang Paripurna

Sinopsis: Kafuku adalah seorang pengarah sekaligus aktor teater. Istrinya, Oto, adalah seorang mantan penulis naskah teater yang kini bekerja di industri pertelevisian. Mereka hanya hidup berdua. Setiap mejalani kehidupan seksnya, mereka selalu mengembangkan cerita tentang seekor belut yang malih menjadi seorang perempuan. Ia gemar menyelinap dan meninggalkan sesuatu di kamar seorang laki-laki yang disukainya di kehidupan manusianya. Cerita itu tak pernah tuntas meski diulang-ulang dan diperpanjang setiap mereka berdua bersenggama hingga akhirnya Oto meninggal. Setelah Oto meninggal, Kafuku hidup seorang diri. Fragmen masa lalu dan masa kininya tiba-tiba hadir menyebabkan turbulensi dalam dirinya memuncak di 2 bulan residensinya untuk mementaskan Unce Vanya milik Anton Chehkov. Ia bertemu dengan Takatsuki, seorang bintang terang drama televisi yang pernah didapatinya tengah berhubungan seks

Read More »

Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas: Alegori Bagi Ironi yang Liyan

Prolog Di Indonesia, dan atau negara-negara lain yang memiliki permasalahan dengan maskulinitas toksik,  ke-macho-an seorang laki-laki banyak digambarkan dengan sesuatu yang mengakar seiring pembentukan stigma publik: keterampilan bertengkar, tidak kenal tangis, bahkan ukuran penis. Hal-hal semacam itu selama ini banyak dilanggengkan melalui lagu-lagu, bacaan-bacaan, hingga tontonan masyarakat. Di tahun ini, bersama Kamila Andini dengan Yuni-nya, Wregas Bhanuteja dengan Penyalin Cahaya-nya, Edwin mengemas cerita yang mendobrak pelanggengan realita miris tentang maskulinitas toksis yang selama ini belum banyak tersentuh oleh sinema Indonesia. Diadaptasi dari novel karya Eka Kurniawan dengan judul yang sama, Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas (2021) membawa penonton mengikuti perjalanan Ajo Kawir (Marthino Lio) untuk menuntaskan dendam dan cinta yang penuh dengan lika-liku konyol namun menarik untuk diikuti. Dalam film

Read More »

The Medium: Kolaborasi yang Tidak Kolaboratif

Sinopsis: Sekelompok videografer tengah melakukan pra-riset untuk membuat dokumenter tentang dukun lokal. Mereka telah menjelajahi seluruh Thailand. Setelah diputuskan bersama mereka akhirnya memilih untuk mewawancarai Nim, seorang dukun yang turun temurun anggota keluarga perempuannya dititis oleh Ba Yan: sebuah entitas Tuhan lokal di sebuah wilayah di selatan Thailand, Isaan. Ketika masih mencoba melakukan penjajakan terhadap kepercayaan Nim, kelompok videografer ini harus mengalihkan fokus. Hal tersebut disebabkan karena suami Noi, saudara perempuannya, meninggal. Fokus dari kelompok vidoegrafer tersebut resmi beralih ketika selepas pemakaman suami Noi segalanya berubah menjadi neraka dunia. Mink, anak Noi, secara bertahap menunjukkan perangai yang semakin hari semakin aneh dan mengerikan. Nim, Noi, Manit saudara laki-laki dari keduanya, dan kelompok videografer dipacu untuk menemukan apa yang salah dengan

Read More »

Glass – Sebuah Pengantar Pada Kesadaran Kolektif

Oleh : Isro Adi   Sebelum membaca tulisan ini, saya sangat menganjurkan anda untuk menonton Glass terlebih dahulu karena tulisan saya bukan ditujukan untuk mengulas keseluruhan cerita dalam film tersebut.   Bagi saya, tidak ada keraguan dalam menjawab pertanyaan “siapa sutradara box office yang menjadi idola saya”. Jawaban pertama yang muncul dari bibir saya pastilah M. Night Shyamalan, baru Guillermo del Toro. Sementara nama lain tidak bisa saya sebutkan karena saya tidak terlalu fanatik dengan karya-karya mereka. Tanpa menyebutkan The Last Airbender dan After Earth, bagi saya film-film M. Night Shyamalan tidak cukup disebut menarik. Lebih dari itu, brilian. Kecuali selera anda adalah tontonan dengan plot yang datar, megangkan, tempo cepat, dan penuh ledakan, jangan berharap mencapai klimaks melalui karyanya.

Read More »

Apa yang Belum Dicari Dalam Mencari Soetedja

Bagi warga Purwokerto dan sekitarnya tentu mengenal sosok Soetedja sebagai maestro komponis yang namanya dipakai sebagai gedung kesenian serta karya ciptanya “Ditepinya Sungai Serayu” menjadi lantunan penanda kereta tiba di Stasiun Purwokerto. Perihal seberapa dalam mereka mengenalnya, ibarat menemukan riak pada air. Rasanya tidak banyak yang tahu betul  nama lengkap beliau, apa saja serta berapa karya sudah dicipta, kisah perjalanan hidupnya, raihan pencapaian, hingga tempat beliau disemayamkan. Rentang zaman jadi alasan paling mudah bagi mereka yang kerap lupa sejarah. Terlebih akses konsumsi budaya populer kini serba mudah malah semakin memberi jarak terhadap budaya tradisional. Butuh adanya sinergi agar kedua budaya tersebut bisa seiring sejalan tanpa saling melemahkan satu sama lain. Dalam hal ini, upaya semacam itu hadir melalui film “Mencari

Read More »

Zimna Wojna: Instalasi Cinta Kedua Pawlikowski

Sinopsis: Seorang komposer dan dua rekannya terlihat tengah serius menodongkan alat perekam pada seorang tua yang sedang menyanyikan lagu daerah. Setelah selesai ia mengemasi peralatannya ke dalam van yang membawanya menuju seorang anak perempuan yang juga akan menyanyikan lagu daerah. Saat rehat, salah seorang rekannya, berpangkat direktur, mengunjungi bekas gereja yang telah runtuh. Sepanjang perjalanan tak ada warna lain selain putih salju yang turun kelewat pekat. Komposer itu bernama Wiktor. Sebuah truk pengangkut penumpang yang menembus salju lebat dan jalan tanah  becek berhenti di sebuah gedung tua. Gedung itu disewa sebagai konsentrasi proyek kebudayaan yang diinisiasi Wiktor dan disponsori oleh Partai Komunis Polandia yang kala itu tengah berkuasa. Para penumpang dipersilakan turun dari truk. Sebelum masuk ke dalam gedung mereka

Read More »

Tentang Senyap: Mengenai Sesuatu yang Usang

Memperingati Hari Hak Asasi Manusia Sedunia, Bhineka Ceria mengadakan pemutaran Film Senyap di Auditorium Fisip Unsoed pada tanggal 10 Desember kemarin. Seperti yang kita ketahui, Senyap adalah film kedua yang digarap oleh sutradara Joshua Oppenheimer yang berkaitan dengan masa holocaust di Indonesia. Masa di mana terjadi pembantaian orang-orang yang dianggap komunis dan memiliki keterkaitan dengan Partai Komunis Indonesia. Dahulu film pertama Joshua, Jagal, juga sempat diputar di Fisip Unsoed dan menghasilkan ekses luar biasa berupa penggerebegan pemutaran oleh Pemuda Pancasila. Awalnya saya sempat ragu dengan pengistilahan kedatangan Pemuda Pancasila pada saat pemutaran sebagai sebuah penggerebegan, sebab sebagai orang yang selalu berpikir positif, saya harus melihat segala sesuatu dari sisi baiknya. Oleh karena itu, saat saya mendengar berita tersebut, saya langsung

Read More »

Budi Pekerti: Apa yang Tampak dan Tidak Tampak

Prolog Dalam memahami realitas, sudah semestinya manusia modern mengerti ada banyak hal yang dapat memengaruhinya. Salah satu yang paling masif di zaman ini adalah media sosial—yang boleh jadi tambang harta, tetapi juga, mimpi buruk bagi siapa saja. Melalui keberadaannya, otoritas untuk berasumsi bagi publik tidak terbatas, terbentuk dari apa yang

Read More »

Penyalin Cahaya: Narasi Terbaik tentang Fiksi Kekerasan Seksual

Sinopsis: Sur adalah seorang perempuan yang baru mengenal dunia barunya di kampus. Ia tengah berusaha mencicipi apa yang semua pemuda-pemudi idamkan: kepopuleran. Di tengah usahanya untuk mencapai hal tersebut, ia dikelilingi oleh lingkungan yang seakan mendukungnya. Sampai suatu malam, ia mengalami sebuah tragedi yang membuat lingkungan-lingkungan lain yang hidup di

Read More »

Drive My Car: Ruang Ekshibisi Kesedihan-kesedihan yang Paripurna

Sinopsis: Kafuku adalah seorang pengarah sekaligus aktor teater. Istrinya, Oto, adalah seorang mantan penulis naskah teater yang kini bekerja di industri pertelevisian. Mereka hanya hidup berdua. Setiap mejalani kehidupan seksnya, mereka selalu mengembangkan cerita tentang seekor belut yang malih menjadi seorang perempuan. Ia gemar menyelinap dan meninggalkan sesuatu di kamar

Read More »

Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas: Alegori Bagi Ironi yang Liyan

Prolog Di Indonesia, dan atau negara-negara lain yang memiliki permasalahan dengan maskulinitas toksik,  ke-macho-an seorang laki-laki banyak digambarkan dengan sesuatu yang mengakar seiring pembentukan stigma publik: keterampilan bertengkar, tidak kenal tangis, bahkan ukuran penis. Hal-hal semacam itu selama ini banyak dilanggengkan melalui lagu-lagu, bacaan-bacaan, hingga tontonan masyarakat. Di tahun ini,

Read More »

The Medium: Kolaborasi yang Tidak Kolaboratif

Sinopsis: Sekelompok videografer tengah melakukan pra-riset untuk membuat dokumenter tentang dukun lokal. Mereka telah menjelajahi seluruh Thailand. Setelah diputuskan bersama mereka akhirnya memilih untuk mewawancarai Nim, seorang dukun yang turun temurun anggota keluarga perempuannya dititis oleh Ba Yan: sebuah entitas Tuhan lokal di sebuah wilayah di selatan Thailand, Isaan. Ketika

Read More »

Glass – Sebuah Pengantar Pada Kesadaran Kolektif

Oleh : Isro Adi   Sebelum membaca tulisan ini, saya sangat menganjurkan anda untuk menonton Glass terlebih dahulu karena tulisan saya bukan ditujukan untuk mengulas keseluruhan cerita dalam film tersebut.   Bagi saya, tidak ada keraguan dalam menjawab pertanyaan “siapa sutradara box office yang menjadi idola saya”. Jawaban pertama yang

Read More »

Apa yang Belum Dicari Dalam Mencari Soetedja

Bagi warga Purwokerto dan sekitarnya tentu mengenal sosok Soetedja sebagai maestro komponis yang namanya dipakai sebagai gedung kesenian serta karya ciptanya “Ditepinya Sungai Serayu” menjadi lantunan penanda kereta tiba di Stasiun Purwokerto. Perihal seberapa dalam mereka mengenalnya, ibarat menemukan riak pada air. Rasanya tidak banyak yang tahu betul  nama lengkap

Read More »

Zimna Wojna: Instalasi Cinta Kedua Pawlikowski

Sinopsis: Seorang komposer dan dua rekannya terlihat tengah serius menodongkan alat perekam pada seorang tua yang sedang menyanyikan lagu daerah. Setelah selesai ia mengemasi peralatannya ke dalam van yang membawanya menuju seorang anak perempuan yang juga akan menyanyikan lagu daerah. Saat rehat, salah seorang rekannya, berpangkat direktur, mengunjungi bekas gereja

Read More »

Tentang Senyap: Mengenai Sesuatu yang Usang

Memperingati Hari Hak Asasi Manusia Sedunia, Bhineka Ceria mengadakan pemutaran Film Senyap di Auditorium Fisip Unsoed pada tanggal 10 Desember kemarin. Seperti yang kita ketahui, Senyap adalah film kedua yang digarap oleh sutradara Joshua Oppenheimer yang berkaitan dengan masa holocaust di Indonesia. Masa di mana terjadi pembantaian orang-orang yang dianggap

Read More »