![](https://heartcorner.net/hc-uploads/2024/01/film-budi-pekerti-rilis-teaser-trailer-jelang-premiere-di-toronto-1_169.png)
Budi Pekerti: Apa yang Tampak dan Tidak Tampak
Prolog Dalam memahami realitas, sudah semestinya manusia modern mengerti ada banyak hal yang dapat memengaruhinya. Salah satu yang paling masif di zaman ini adalah media sosial—yang boleh jadi tambang harta, tetapi juga, mimpi buruk bagi siapa saja. Melalui keberadaannya, otoritas untuk berasumsi bagi publik tidak terbatas, terbentuk dari apa yang terekam dan terunggah, dan membangun realitas baru yang kerap kali tidak terantisipasi dengan baik, Ketiganya kerap menghasilkan mimpi buruk baru: penghakiman sosial. Wregas Bhanuteja lewat Budi Pekerti (2023) mencoba menceritakan hal itu, dari sudut pandang yang—dapat dikatakan—sangat dekat dengan kehidupan masyarakat. Ialah Bu Prani (Sha Ine Febriyanti), seorang guru konseling SMP yang menemui bencana cancel culture, di momen paling tidak tepat di hidupnya. Di masa pandemi Covid-19, Bu Prani, suaminya