Book Reviews

Dari Kota-Kota, Kesedihan, Hingga Dian Sastrowardoyo: Percakapan dengan Beni Satryo

(Wawancara dilakukan oleh Wiman Rizkidarajat & Fajar Peloo) Pada hari Selasa malam, di igstory Havitz Maulana, Sotografer tenar dengan attitude kurang itu, terpacak ia tengah makan malam di Soto Loso Jl. Bank. Saya berinisiatif mengirimkan pesan padanya? “Nggak mampir, wan?” Ia segera membalas “Lamsungan, wan”. Alasan saya mengirim pesan padanya adalah karena terdapat seorang karib di igs tersebut. Mereka katanya tengah mencoba kekuatan badaniah dengan melintas Jakarta-Yogyakarta dengan sepeda motor. Selang beberapa hari seorang karib yang saya maksud mengirim pesan kepada saya. Ia berkata ingin menginap semalam di rumah untuk meredam nyeri di boyoknya. Saya mengiyakan. Menjelang pukul 10 malam pada hari yang dijanjikan, ia akhirnya datang. Mukanya terlihat lelah tapi tersamarkan oleh kebahagiaan yang dibawanya dari Yogyakarta. Buru-buru, ia

Read More »

Seperti Menonton Film yang Penuh Ost.-Ost. saat Membaca Amigdala (Perjalanan Merepresi Memori)

“Hidup adalah tentang bagaimana kamu menghadapi kegagalan dari sekian banyak rencana yang telah kamu susun sedemikian rupa. Hidup adalah tentang bagaimana kamu menghadapi ketakutan tentang segala ketidakpastian dan berbagai macam kemungkinan-kemungkinan yang bisa kapan saja terjadi.” Beberapa larik di atas merupakan kalimat yang tersusun dan tercantum pada cover belakang buku Amigdala (Perjalanan Merepresi Memori). Ditulis oleh seorang penyintas kekerasan dalam rumah tangga yang lebih suka memperkenalkan dirinya dengan nama Ega MpokGaga. Secara definitif Amigdala dipercayai merupakan bagian otak yang berperan dalam melakukan pengolahan dan ingatan terhadap reaksi emosi. Buku ini merupakan bagian pertama dari trilogi semesta Amigdala, sembari menunggu kisah selanjutnya dari sesi kedua dan ketiga Amigdala ini keluar saya akan memberi ulasan singkat ala kadarnya untuk buku Amigdala yang

Read More »

Perempuan Perempuan yang Duduk Sendiri: Sebuah Ulasan Pendek

Memberikan ulasan pada buku antologi puisi merupakan hal yang baru bagi saya secara pribadi. Ragangan puisi memang terlihat pendek, tidak sepanjang dan memakan waktu yang lama untuk menghabiskan teks nya seperti novel. Namun seperti pada definisi awal puisi yang saya pahami bahwa justru sejatinya mereka adalah narasi yang dipersempit dan dipadatkan. Dengan memadatkan sebuah narasi dan ide panjang dan luas ini justru akan menambah potensi multitafsir yang hadir di kepala pembaca. “Perempuan-perempuan yang Duduk Sendiri” menjadi pengalaman pemahaman kontemplatif bagi saya untuk melakukan ulasan terhadap karya sastra dalam bentuk puisi dari sisi kritik sastra maupun kritik tlonyoran a la bocah skena (Skenane). Buku ini merupakan cetakan pertama dari penerbit indie Djelajah Pustaka Yogyakarta yang diterbitkan pada bulan juli 2019 yang dikurasi oleh tiga pengarang wanita

Read More »

Telembuk: Dangdut dan kisah cinta yang keparat

“Telembuk”, ya kita tahu bahwa istilah tersebut merupakan sebutan lain dari PSK (Pekerja Seks Komersial) atau mungkin pelacur, lonte, perek, dan semacamnya yang dalam stigma masayarakat selalu bersifat negatif. Meskipun berstigma negatif istilah itu diangkat oleh Kedung Darma menjadi novel yang menarik. Membaca “Telembuk” saya seperti disuguhkan gambaran kota Indramayu yang mendalam. Kota tersebut selama ini kita kenal sebagai penghasil beras dan mangga. Tapi bagi kalian yang pernah beberapa kali ataupun sering bahkan aktif mengunjungi tempat-tempat prostitusi pasti tak heran kalau wanita pekerja seks acap kali mengaku berasal dari Indramayu meskipun belum tentu demikian kenyataannya. Melalui penggambaran mendalam tentang Indramayu dalam “Telembuk”, saya seperti melihat antara surga dan neraka mungkin berdampingan. Hitam dan putih itu benar adanya. Hal itu digambarkan

Read More »

Seperti Menonton Film yang Penuh Ost.-Ost. saat Membaca Amigdala (Perjalanan Merepresi Memori)

“Hidup adalah tentang bagaimana kamu menghadapi kegagalan dari sekian banyak rencana yang telah kamu susun sedemikian rupa. Hidup adalah tentang bagaimana kamu menghadapi ketakutan tentang segala ketidakpastian dan berbagai macam kemungkinan-kemungkinan yang bisa kapan saja terjadi.” Beberapa larik di atas merupakan kalimat yang tersusun dan tercantum pada cover belakang buku

Read More »

Perempuan Perempuan yang Duduk Sendiri: Sebuah Ulasan Pendek

Memberikan ulasan pada buku antologi puisi merupakan hal yang baru bagi saya secara pribadi. Ragangan puisi memang terlihat pendek, tidak sepanjang dan memakan waktu yang lama untuk menghabiskan teks nya seperti novel. Namun seperti pada definisi awal puisi yang saya pahami bahwa justru sejatinya mereka adalah narasi yang dipersempit dan

Read More »

Telembuk: Dangdut dan kisah cinta yang keparat

“Telembuk”, ya kita tahu bahwa istilah tersebut merupakan sebutan lain dari PSK (Pekerja Seks Komersial) atau mungkin pelacur, lonte, perek, dan semacamnya yang dalam stigma masayarakat selalu bersifat negatif. Meskipun berstigma negatif istilah itu diangkat oleh Kedung Darma menjadi novel yang menarik. Membaca “Telembuk” saya seperti disuguhkan gambaran kota Indramayu

Read More »