Featured

Penyalin Cahaya: Narasi Terbaik tentang Fiksi Kekerasan Seksual

Sinopsis: Sur adalah seorang perempuan yang baru mengenal dunia barunya di kampus. Ia tengah berusaha mencicipi apa yang semua pemuda-pemudi idamkan: kepopuleran. Di tengah usahanya untuk mencapai hal tersebut, ia dikelilingi oleh lingkungan yang seakan mendukungnya. Sampai suatu malam, ia mengalami sebuah tragedi yang membuat lingkungan-lingkungan lain yang hidup di sekitarnya berantakan. Tugasnya sebagai mahasiswa yang bergantung pada beasiswa berantakan karena tragedi itu. Hidupnya di rumah sebagai anak perempuan yang mesti kuliah dan berperilaku baik berantakan pula. Sur mengobarkan keinginan untuk menuntut keadilan bagi siapa yang menyebabkan tragedi dan membuat hidupnya berantakan. Poin menarik: Fiksi-fiksi tentang kekerasan seksual Sebagai film yang memilih cara tutur fiksi, Penyalin Cahaya secara apik memotret kekerasan seksual dalam semesta yang tuntas. Seluruh ranah yang terlibat

Read More »

Drive My Car: Ruang Ekshibisi Kesedihan-kesedihan yang Paripurna

Sinopsis: Kafuku adalah seorang pengarah sekaligus aktor teater. Istrinya, Oto, adalah seorang mantan penulis naskah teater yang kini bekerja di industri pertelevisian. Mereka hanya hidup berdua. Setiap mejalani kehidupan seksnya, mereka selalu mengembangkan cerita tentang seekor belut yang malih menjadi seorang perempuan. Ia gemar menyelinap dan meninggalkan sesuatu di kamar seorang laki-laki yang disukainya di kehidupan manusianya. Cerita itu tak pernah tuntas meski diulang-ulang dan diperpanjang setiap mereka berdua bersenggama hingga akhirnya Oto meninggal. Setelah Oto meninggal, Kafuku hidup seorang diri. Fragmen masa lalu dan masa kininya tiba-tiba hadir menyebabkan turbulensi dalam dirinya memuncak di 2 bulan residensinya untuk mementaskan Unce Vanya milik Anton Chehkov. Ia bertemu dengan Takatsuki, seorang bintang terang drama televisi yang pernah didapatinya tengah berhubungan seks

Read More »

Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas: Alegori Bagi Ironi yang Liyan

Prolog Di Indonesia, dan atau negara-negara lain yang memiliki permasalahan dengan maskulinitas toksik,  ke-macho-an seorang laki-laki banyak digambarkan dengan sesuatu yang mengakar seiring pembentukan stigma publik: keterampilan bertengkar, tidak kenal tangis, bahkan ukuran penis. Hal-hal semacam itu selama ini banyak dilanggengkan melalui lagu-lagu, bacaan-bacaan, hingga tontonan masyarakat. Di tahun ini, bersama Kamila Andini dengan Yuni-nya, Wregas Bhanuteja dengan Penyalin Cahaya-nya, Edwin mengemas cerita yang mendobrak pelanggengan realita miris tentang maskulinitas toksis yang selama ini belum banyak tersentuh oleh sinema Indonesia. Diadaptasi dari novel karya Eka Kurniawan dengan judul yang sama, Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas (2021) membawa penonton mengikuti perjalanan Ajo Kawir (Marthino Lio) untuk menuntaskan dendam dan cinta yang penuh dengan lika-liku konyol namun menarik untuk diikuti. Dalam film

Read More »

Penyalin Cahaya: Narasi Terbaik tentang Fiksi Kekerasan Seksual

Sinopsis: Sur adalah seorang perempuan yang baru mengenal dunia barunya di kampus. Ia tengah berusaha mencicipi apa yang semua pemuda-pemudi idamkan: kepopuleran. Di tengah usahanya untuk mencapai hal tersebut, ia dikelilingi oleh lingkungan yang seakan mendukungnya. Sampai suatu malam, ia mengalami sebuah tragedi yang membuat lingkungan-lingkungan lain yang hidup di

Read More »

Drive My Car: Ruang Ekshibisi Kesedihan-kesedihan yang Paripurna

Sinopsis: Kafuku adalah seorang pengarah sekaligus aktor teater. Istrinya, Oto, adalah seorang mantan penulis naskah teater yang kini bekerja di industri pertelevisian. Mereka hanya hidup berdua. Setiap mejalani kehidupan seksnya, mereka selalu mengembangkan cerita tentang seekor belut yang malih menjadi seorang perempuan. Ia gemar menyelinap dan meninggalkan sesuatu di kamar

Read More »

Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas: Alegori Bagi Ironi yang Liyan

Prolog Di Indonesia, dan atau negara-negara lain yang memiliki permasalahan dengan maskulinitas toksik,  ke-macho-an seorang laki-laki banyak digambarkan dengan sesuatu yang mengakar seiring pembentukan stigma publik: keterampilan bertengkar, tidak kenal tangis, bahkan ukuran penis. Hal-hal semacam itu selama ini banyak dilanggengkan melalui lagu-lagu, bacaan-bacaan, hingga tontonan masyarakat. Di tahun ini,

Read More »