LISEN FEST: GELORA MUSIK ALTERNATIF KAMPUS

Share

Ditulis oleh: Zen Dalton

Menonton punggawa-punggawa musik alternative di acara kampus yang bernuansa agamis mungkin cukup aneh bagi orang – orang umum. Namun Lisen Fest yang diadakan oleh UKM Lingkar Seni Universitas Muhammadiyah Purwokerto ini menampik jauh stigma itu. Bayangkan muda-mudi kampus ini bisa berselancar bebas saling bertabrakan dalam rangka merayakan musik yang ditampilkan.

Lingkar Seni konsisten menggelar Lisen Fest tiap tahun. Sungguh prestasi yang cukup luar biasa melihat umur UKM yang masih bisa dibilang muda ini memiliki brand festival yang sudah kuat di pangsa pasar Purwokerto. Di tahun ke-3 acara ini diadakan, mereka mengundang unit Stoner Rock dari Jakarta, Foreseen dan punggawa Post Punk lokal kebanggaan daerah Purbalingga, Sukatani sebagai line up utama mereka.

Lisen Fest tahun ini dibuka oleh Jazzy Teenager dan Gayuh Tilar di sore hari. Sayang di sore itu saya belum berada di venue. Maklum, jarak rumah ke venue cukup jauh, dalam satuan waktu mungkin jaraknya cukup untuk mendengarkan satu album penuh “Takk” dari Sigur Ros. Heheh. Tapi saya yakin Jazzy Teenager dan Gayuh Tilar telah memberikan performance terbaik mereka untuk acara tersebut.

Sesampainya saya di venue, adzan Maghrib sedang berkumandang. Di gate, saya dituduh membawa minuman keras di tumblr favorit saya. Mana mungkin tampang baik-baik seperti saya melakukan hal tersebut. Hahaha. Acara UKM seni memang sering dijadikan hajat untuk silaturahmi bagi teman-teman pegiat seni di Purwokerto. Jadi tidak jarang adegan berjabat tangan dan bertukar peluk hangat akan kalian lihat jika hadir di acara-acara UKM seni di Purwokerto. Dan mungkin itu adalah salah satu hal paling indah dan memorable bagi teman-teman yang hadir di acara malam itu, atau setidaknya bagi saya sendiri.

Malam berlalu begitu cepat. Penampil demi penampil unjuk gigi semaksimal mungkin membawakan penampilan dan karya terbaik mereka. Entah saya sedikit lupa urutan penampil di malam itu. Yang jelas ada Tari Kolaborasi Lingkar Seni, Veteran Satria dengan musik Hip Hop-nya, Egosentris dengan musik Rock N Roll-nya. Disusul dengan Pagi Yang Indah sebagai dedengkot Post Punk Revival yang sudah sangat dikenal baik oleh penikmat musik di kota ini. Bagaimana tidak, mereka selalu manggung hampir di semua acara musik-musik alternatif yang digelar di kota ini. Lalu disusul oleh Flawless, idola para kaum patah hati dengan musik Emo mereka yang mampu menarik keluar semua emosi yang mungkin sudah menumpuk dan tak punya kesempatan untuk dikeluarkan oleh mereka yang merasakannya.

Memasuki prime time Lisen Fest, Sukatani mulai bersiap diatas panggung. Seperti biasa, mereka selalu tampil anonim dengan topeng mereka yang katanya diimpor langsung dari petani Thailand. Tak usah diragukan lagi, Sukatani selalu berhasil mengorek sisi liar penontonnya dengan musik Post Punk mereka. Tak terhitung berapa banyak crowd surf yang terjadi saat mereka tampil. Semua senang, semua punk.

Akhirnya, yang paling ditunggu-tunggu line up utama Lisen Fest, Foreseen mengambil alih panggung. Saya sendiri baru mengetahui keberadaan band ini setelah nama mereka muncul sebagai line up dari acara ini. Segera setelah itu saya mendengarkan karya karya mereka lewat Spotify saya. Dan wah, saya jatuh cinta, terutama pada lagu mereka yang berjudul ‘Melting Mountain‘ dan ‘Devil’s Dervish‘. Discovery musik dengan cara seperti ini yang saya pribadi sangat suka. Mendengarkan lewat rekaman digital dan langsung melihat aksi live panggungnya. Tak ada yang kecewa dengan penampilan Foreseen malam itu. Semuanya rapi, bahkan detail sound yang saya dengar dari mp3 dan aksi panggung mereka sama persis. Semua orang larut dalam alunan Stoner Psychodelic Rock yang disajikan oleh Foreseen malam itu. Malam itu adalah malam yang sempurna bagi semua orang yang datang, atau lagi-lagi setidaknya bagi saya.

Keesokannya baru saya sadari ternyata orang dibalik nama Foreseen adalah Faiz Aditya dari Morgensoll. Kami berbincang cukup banyak waktu itu. Berbagi refrensi musik, hal-hal fenomenal yang terjadi di scene musik Purwokerto. Dan tentu saja tak lupa saya tawari dia untuk menjajal rokok murahan andalan akhir bulan saya, yang anehnya dia cocok. Hahaha.

Harapan saya pribadi adalah semakin banyak acara musik seperti Lisen Fest yang diadakan di Purwokerto. Acara seperti ini menurut saya adalah stimulan sempurna untuk mendorong kreativitas dan ekosistem musik di kota satria tercinta ini.