‘Thirteenth Day Adventist‘ adalah debut single rilisan band asal Purwokerto, Yearns. Band berbasis post-punk ini terbentuk organik dari orang-orang lama yaitu Anindya (The Telephone) pada gitar, Descond (Pagi Yang Indah/Sad Story on Sunday) pada gitar, Gibransyah (Surn) sebagai vokalis utama, Kiki (Getar) sebagai bassis, dan Naufal (Surn) sebagai drummer. Berasal dari akar musik yang sangat berbeda satu sama lain (sebuah hal klise), Yearns mencoba peruntungannya di ekosistem musik kabupaten yang belum pernah dicapai oleh setiap personelnya. Selain itu, terbentuknya Yearns juga merupakan buah dari keresahan masing-masing personel yang band asalnya sedang tidak produktif.
Materi yang ditulis oleh Gibransyah, diaransemen oleh Yearns dan diproduksi di Musikmaya Studio ini menceritakan tentang keluh kesah entintas tak berwujud terhadap omong kosong dunia dan segala macam penyakit yang dideritanya. Butuh hingga hari ke 13 untuk akhirnya sebuah perayaan kekultusan bermanifestasi menjadi kemarahan dan rasa geram terhadap hal-hal tidak penting di muka bumi ini. ‘Thirteenth Day Adventist‘, mencoba dengan serampangan mewujudkan rasa nirwujud yang sebelumnya tidak pernah ada. Sementara itu, mereka berusaha mencoba menang menghadapi dunia pada lagu ini, meskipun masih sangatlah jauh. Karena jangankan dunia, asam lambung dan asam urat saja belum bisa mereka kalahkan.
Yearns pada akhirnya menjadi project ugal-ugalan yang mencoba menarik pendengar dengan materi yang bisa dibilang baru diangkatannya. Banyak terinspirasi dari band seperti Placebo, Interpol, Jakobinarina, Ungdomskulen, Dimmu Borgir, Red Velvet, Twice, Kokoronotomo, Pance Pondaag, Erlend Pancen Oye, Rinto Harahap, Betharia Sonatha, dan juga The Kasimex Houseband. Yearns berniat menjadikan single ini sebagai momentum awal untuk menelurkan EP dalam waktu dekat.
Klik untuk mendengarkan Thirteenth Day Adventist di Spotify.