Sebuah ide tercetus untuk mengajak KUNTARI untuk mengerjakan satu rilisan, entah EP atau album,
ataupun juga hanya single lepasan, hanya karena rasa penasaran. Penasaran akan bagaimana jika sonic Avhath yang selama ini sudah dibangun, bertemu dengan sonic KUNTARI yang selama ini selalu memukau dari segi eksperimentasi kesederhanaan suara-suara yang sudah mereka hadirkan selama ini. Alhasil, pada Oktober 2023 lalu Avhath dan KUNTARI melaksanakan proses workshop selama dua hari di studio dan melahirkan demo workshop sebanyak tiga buah lagu yang dilanjut untuk dikerjakan mulai awal tahun 2024 bersama produser Lafa Pratomo. Salah satu single tersebut adalah ‘to my disquiet‘, lagu pertama dari EP yang nantinya akan dirilis pada akhir tahun ini dengan judul “Ephemeral Passage“.
Menurut Ekrig selaku penulis lirik, ‘to my disquiet‘ merupakan perjalanan batin yang kompleks tentang menghadapi ketakutan, penyesalan, dan kesedihan. Namun, dibalik semua kegelapan itu, ada upaya untuk menemukan kembali cahaya dan harapan. Pada lagu ini, Ekrig sebagai penulis lirik menawarkan pesan tentang keberanian untuk menghadapi masa lalu dan terus maju menuju masa depan yang lebih baik, meskipun jalannya dihantui dengan tantangan yang terus menerus akan datang. Secara keseluruhan, lirik dari ‘to my disquiet‘ mengandung elemen emosional yang kuat. Penuh dengan metafora yang suram, mencerminkan pertarungan batin dan keinginan untuk sembuh dari rasa pedih.
Dari segi musik, Tesla Manaf dari KUNTARI menyatakan ‘to my disquiet‘ adalah lagu yang sudah melalui proses panjang dan mendalam, hasil banyak buah pikiran, tidak berbatas dan tidak merujuk. “Avhath memberikan impresi bebas, namun tetap di jalur narasinya. Kesederhanaan KUNTARI dalam menuangkan melodi, dilibas petikan dua tanduk gitar khas band keras asal Jakarta ini. Tesla dan Rio pun tergelitik menaruh bunyi-bunyian ‘kampung’-nya di atas aransemen modern. Ekskul rebana dari masa kecil pun menunjukkan keberingasannya di lagu ‘to my disquiet‘ berbarengan dengan pukulan interlock khas Banyuwangi yang Rio Abror hadirkan beriringan dengan gitar perkusi Tesla. Kehadiran Lafa sebagai produser membuat semua terangkum dengan cermat,” ujar Tesla.
Lafa Pratomo menambahkan, “Single ini adalah fragmen dari narasi pikiran yang panjang dan tak berkesudahan. Kurasa eksistensialisme selalu menjadi ‘peliharaan’ untuk kemudian dilepas-liarkan menjadi bentuk narasi. Aku melihat lagu ini punya pola yang tidak begitu lazim untuk band metal, atau anggap saja aku kurang banyak referensi. Penentuan ritmik 6/8 yang notabene sulit untuk diolah-gerakkan oleh tubuh, buatku jadi tantangan dan menarik karena setelah mendengar hasilnya,rupanya keinginan badan untuk bergerak dan kepala untuk headbang cukup besar.”
Dari segi musik, pendekatan dari gaya pengerjaan Lafa Pratomo sangat krusial pada rilisan kolaborasi ini. Bagaimana Lafa dengan apik memilah-milah frekuensi yang Avhath dan KUNTARI hasilkan sehingga mempunyai ruang mereka masing-masing untuk hadir dalam satu kesatuan di ‘to my disquiet‘. Dari teknis rekaman, sound yang di gunakan serta arahan mixing dan mastering, dihadirkan demi mewujudkan dua latar musik berbeda menjadi satu kesatuan yang kukuh.