Sejak Irama Records merilis album bersama Koes Bersaudara dan Dara Puspita tahun 1967, split album mendadak ramai di dunia perekaman Indonesia. Pola ini banyak diikuti label rekaman lain, Prambors/Noor Bersaudara yang dirilis Pramaqua tahun 1975 memberi pandangan baru bahwa dua band/grup tak hanya berbagi pita tetapi juga sampul depan.
Pola split terus diadopsi sampai sekarang—saat batas antara arus utama dan pinggiran lenyap digilas zaman. Era di mana etos kerja Do It With Others mulai tumbuh di kantung-kantung komunitas dan kolektif yang kerap melahirkan banyak band. Etos yang memandu sebagian pekerja seni dan event di Jogja tetap waras dan memanusiakan dalam berkesenian.
Narcholocos/The Suse, Glare/Warmouth, Kavaleri/Marsmolys, Morning Horny/20 Miles Marathon, Milledenials/Sunlotus deretan band Jogja yang mengadopsi pola perilisan itu bersama jaringan dan gaya masing-masing. Membuang hal-hal rumit macam penyeragaman suara dan warna. Berbagi pendengar dan rasa suka-suka.
Tahun ini pola serupa datang dari kawan-kawan Noire dan Individual Life. Album bertajuk “Menaung Lara, Merawat Luka” yang kali pertama diperkenalkan di Record Store Day YK April 2024 ini kurang lebih lahir dengan semangat sama. Dari celetukan iseng di meja tongkrongan. Satu-satunya yang mereka taruh di atas meja adalah kertas hitung-hitungan bantingan produksi. Mereka, terutama Individual Life yang para personelnya punya banyak pengalaman dalam industri musik, tak menaruh ekspektasi apa pun.
Ada delapan track dalam album split ini. Noire menaruh ‘4 Weeks’, ‘Hollow’, ‘I Fell Again, Again, Again”, dan ‘Forbid U Die!’. Individual Life memancang empat lagu dalam album “Semoga Engkau Berkenan Mendengarnya Perlahan Hingga Usai”: ‘Fery Saputro’, ‘Metropolis’, ‘Momentum’, dan ‘Paripurna’ yang ditatah ulang. Jauh lebih kasar dan lebar.
Mendengarkan Noire rasa-rasanya sedang memasuki sebuah ruang beraura muram dengan udara yang menusuk tulang. Ada sejumput rasa sakit yang perlahan memerih ketika dihantam kata-kata penuh angkara itu. Saya salah sangka ketika sampai di babak Individual Life. Saya membayangkan bakal menerima sesuatu yang hangat lewat tatahan strings—sama seperti album mereka. Yang terjadi sebaliknya, saya dicincang! Tak ada strings yang mencairkan beku selepas Noire. Lagu-lagu mereka menuntun saya ke fragmen ringkas masa silam. Dari satu babak ke babak lain, satu peristiwa ke peristiwa lain yang meninggalkan luka dan ribuan sensasi tak terperi.
Dengan kata lain, “Menaung Lara, Merawat Luka” buat saya adalah album yang cukup imajinatif dalam menggambarkan setiap perasaan ganjil yang menumpuk di dada pendengar. Barangkali akan menjadi album split terpenting tahun ini. Saya tak mau terlalu jauh berfantasi, membayangkan bagaimana mereka manggung bareng tetapi perihal bikin karya kolaborasi sepertinya pantas dicoba.
Desta Wasesa – Musik Jogja / The Akadama
Klik di sinu untuk mendengarkan split album Menaung Lara, Merawat Luka di Spotify.