Kenapa Harlan Boer Merilis Album “Penembak Bayaran”?

Share

Penembak Bayaran adalah album keempat yang dirilis pemusik dan penulis Harlan Boer pada masa pandemi ini. Seperti biasa, dia mencatat hal-hal dalam diri dan di sekitarnya dalam mengarang lagu.

Seperti menulis puisi dan menempelkan foto pilihan di buku diari, lagu-lagu Harlan mengedepankan ekspresi, mengolah dan merekam momentum pribadi.

Sejak datang masa pandemi, semakin banyak waktu Harlan bersama sendiri, keadaan yang melahirkan kombinasi kebiasaan lama dan baru, dan semakin banyak kegelisahan yang dialami—dari pekerjaan hingga pertemuan.

Sedemikian dahsyatnya kegelisahan itu, pada Juni 2020 Harlan sampai merilis double album Fidelitas Cinta 01 & Fidelitas Cinta 02 yang disambung dengan album Bersambung. Dengan kondisi serba terbatas, album-album itu merupakan rekaman live menggunakan alat-alat musik yang tersedia di rumah, bahkan direkam hanya menggunakan telepon selular. Episode “paling lo-fi” dalam segenap perjalanan katalog rekaman Harlan.

Merasa cukup dengan cara merekam seperti itu, tapi keinginan untuk terus  “menulis buku diari” belum juga berhenti, Harlan pun pergi ke studio dekat rumahnya. Dia stop bajaj, berangkat, dan bekerja berdua saja dengan juru rekam. Hasilnya, album terbaru ini: Penembak Bayaran.

Kali ini, dalam album Penembak Bayaran, Harlan semakin berkesplorasi dalam memilih padu-padan suara, musik maupun lirik, untuk merekam komunikasi interpersonalnya.

Penembak Bayaran adalah album dengan bunyi yang bervariasi, sangat personal, sesekali memotret yang dilihat di sekitar, beririsan dengan kehidupan bersama.

Ada delapan lagu di album ini.

Lagu pembuka, “Penembak Bayaran” ditulis dan rekam langsung di studio, bercerita tentang ide terhadap pekerjaan yang ingin kita lakoni. Setiap kita memiliki batasan masing-masing akan apa yang mau dan tidak dijalani, tapi terkadang terjadi situasi yang menyulitkan untuk selalu bersikap merdeka. Suatu saat dalam hidup, dengan gelisah hebat, menjadi “Penembak Bayaran” yang tidak kita inginkan.

Lagu kedua, “Siapa Saja Merekam Pop” adalah tentang kebiasaan terpancing mengarang lagu yang lahir dari kesepian atau justru keramaian. Sesuatu yang natural terjadi, dengan pertimbangan selera personal saat merekamnya, kemudian mengedarkannya, bukan dari kacamata industri.

Lagu ketiga, “Ada Kemajuan Hari Ini”, lagi-lagi ditulis dan rekam langsung di studio—sangat dipengaruhi oleh kegemaran Harlan akan Talking Heads, secara musik maupun lirik. Modernitas selalu jadi bahan obrolan dan renungan, hingga membandingkan kemarin dan hari ini. Hasilnya itu-itu juga: ada kemunduran, ada kemajuan. Kadang terdengar gerutu atau sinis, sesungguhnya hanya ingin proporsional dan jujur saja.

Lagu keempat, “Nostalgia kepada Kejadian yang Baru Ada”, lahir dari perasaan terima kasih kepada seorang teman yang memberikan gitar akustik kepada Harlan. Inilah lagu pertama yang diciptakannya dari gitar nylon itu, bersama masa pandemi covid-19 yang punya suasanya sendiri di dunia, sampai ke bantal dan kamar tidur kita.

Lagu kelima, “Semakin Lama, Semakin Menerima”, ditulis dan rekam langsung, hanya karena melihat splash cymbal terpasang di drum set studio, dan tidak tahu persis akan seperti apa hasil akhir lagunya nanti. Secara lirik, lagu ini berbicara tentang kesepian karena terpisah jarak yang berlangsung semakin lama sejak pandemi yang belum mereda.

Lagu keenam “Di manakah Diri?” adalah hal yang cukup baru dalam produksi lagu-lagu Harlan, terutama dalam penataan sound vokal yang dikerjakan oleh sound engineer Adi “Mamokiak”.

Lagu ketujuh, “Kehilangan yang Paling Lega” adalah rekaman minimalis dari perasaan tarik menarik antara kehilangan dan kesabaran. Bersama waktu, beberapa hal bisa berbalik. Dari yang paling pahit bisa menjadi paling manis, yang paling sesak bisa menjadi yang paling lega.

Lagu lagu terakhir, “Pertanyan Aktor”, terinspirasi dari menonton video wawancara di Youtube (kegiatan yang semakin intens dilakukan akhir-akhir ini), kali ini tentang seorang aktor yang pernah bertanya tentang siapa ayahnya.

*****

Album Penembak Bayaran telah beredar dalam format Compact Disc, dirilis oleh indie label baru dari Jakarta, Cathysri Records, didukung oleh RURUradio.

Selamat mendengarkan.

Kontak;

Instagram: @harlan_boer

Youtube   : harlanboer

IG Cathysri Records: @cathysrirecords

HARLAN Diskografi

Sakit Generik (EP, Rain Dogs Records, 2012)

Jajan Rock (Single dari kompilasi “Joyland Festival”, Rain Dogs Records, 2012)

Suap Suap (Single dari kompilasi “Frekuensi Perangkap Tikus”, ICW, 2012)

Jajan Rock (EP, Rain Dogs Records, 2013)

Sentuhan Minimal (EP, Rain Dogs Records, 2013)

Cekcok (Single dari kompilasi “OST & Music Inspired by Rocket Rain”, 2013)

Kopi Kaleng: ¼ Jam EP (EP, live recording on Cassette Store Day, Sekuntum Records, 2013)

Kopi Kaleng (EP, Rain Dogs Records, 2015)

Bin Folk (Compilation, Nanaba Records, 2017)

Operasi Kecil (Album, Parlente Products, 2017)

Emas di Hati b/w Berlayar (Single, Lamunai Records, 2018)

Bila Lapar Melukis (Album, Fungjai Indonesia + Langen Srawa Records, 2018)

Sorry, Poor Connection (Split Album w/ Joni Mustaf, RRREC, 2019)

DAM DAM POP! (EP, kolaborasi bersama Bangkutaman, SRM, 2019)

DAM DAM POP! (Album, kolaborasi bersama Bangkutaman, Paviliun Records, 2020)

Fidelitas Cinta 01 &02 (Double Album, Visual Jalanan + Langen Srawa Records, 2020)

Bersambung (Album, Kios Ojo Keos + Sekuntum Records, 2020)

Penembak Bayaran (Album, Cathysri Records, 2021)