Setelah lima tahun berkarya, BRAGA akhirnya merilis album penuh pertama yang bertajuk “Kembara Jiwa”. Album ini merupakan penantian panjang para pendengar mereka setelah rilisan EP “Samudra Ingatan” (2019), yang juga disusul beberapa single pada sepanjang tahun 2020 hingga 2023.
“Hingga akhirnya, pada penghujung Desember 2024 BRAGA resmi merilis album penuh pertama mereka “Kembara Jiwa” yang berisi sepuluh list atau nomor lagu,” kata Vicky Mokoagow, di Modayag, Bolaang Mongondow Timur.
BRAGA adalah unit pop asal Kotamobagu, Sulawesi Utara, yang beranggotakan Yedi Mamonto (Vokal), Vicky Mokoagow (Gitar/vokal latar), Vicro Lamusu (Keyboard/synth/vokal latar), Christianto Bangol (Bass), dan Rian Mamonto (Drum) yang memulai proses berkarya bersama BRAGA sejak 2015 silam.
Album “Kembara Jiwa” mulai dikeroyok pada tahun 2022 lalu yang dimulai dengan memilih tema album, merancang notasi, struktur, hingga penulisan lirik. Setelah itu langkah selanjutnya masuk tahap produksi pada Januari 2024.
“Proses produksi memakan waktu kurang lebih 12 bulan, terhitung sejak Januari 2024 hingga awal Desember 2024. Kesibukan masing-masing personel, perdebatan di proses produksi hingga hal-hal non-teknis lainnya, menjadi macam-macam kendala yang cukup menghambat proses produksi,” kata Vicky.
“Kembara Jiwa” ditulis, diaransemen, dan direkam hingga mixing-mastering oleh BRAGA sendiri. Delapan lagu ditulis oleh Vicky, satu lagu lainnya berjudul ‘Tolatan‘ diadaptasi dari salah satu lagu daerah Mongondow yang dipopulerkan oleh mendiang Idris Daapala. Lalu satu lagu lainnya dengan judul ‘Pulang yang Paling Pulang‘ ditulis oleh Tyo Mokoagow, salah satu penulis asal Boltim.
“Proses perekaman dilakukan secara mandiri oleh BRAGA, yang mana Christianto Bangol menjadi pemandu sekaligus teknisi rekaman, hingga mengambil bagian akhir di tahap mixing dan mastering,” ujar Vicky.
Karena keterbatasan fasilitas, memaksa proses perekaman album ini pun berpindah-pindah tempat. Sesi workshop dilakukan di rumah Vicro, sesi rekaman gitar dan drum di rumah Vicky, sesi rekaman vokal dan gitar akustik dilakukan di studio seorang teman, sesi rekaman gitar bass, synth/ambient, backing vocal hingga mixing dan mastering dilakukan di rumah Christianto.
Sepuluh lagu di album “Kembara Jiwa” mempresentasikan beragam dinamika dan keresahan manusia di masa quarter life crisis atau kekhawatiran, keresahan, dan ketidakpastian di seperempat baya usia manusia (18—30 tahun). Selain itu juga terselip beberapa materi tentang pengembaraan, optimisme, cinta, keterasingan, kepulangan, hingga perayaan untuk setiap pencapaian dalam hidup.
Menurut Vicky, album ini adalah senandung dan representasi dari keresahan personel BRAGA. Hal inilah yang membuat album ini cukup berbeda dengan tema di EP “Samudra Ingatan” (2019) yang mayoritas menyuarakan tentang isu sosial yang beragam.
“Jika di EP Samudra Ingatan kami menyuarakan hal-hal yang sifatnya ekstrospeksi semacam isu sosial, kebudayaan dan sebagainya, maka di album ini kami sangat introspektif. Kami semata menyanyikan apa yang kami lalui, kami rasakan dan sedang kami hadapi hari ini dan mungkin di hari-hari yang akan datang. Sederhana tapi rumit bahkan cenderung kompleks, sebagaimana hidup itu sendiri,” kata Vicky saat sesi dengar dan ngobrol album “Kembara Jiwa” di Sagol Coffee, Kotobangon, Kota Kotamobagu, pada Rabu, 18 Desember 2024.
Musikalitas BRAGA tetap mengusung gaya pop/alternatif, dengan suguhan akustik dan baluran frasa etnik serta ambient, yang menjadikan keseluruhan materi di “Kembara Jiwa” terkesan intim dan kontemplatif.
Album “Kembara Jiwa” telah dirilis serentak di seluruh gerai musik digital pada Jumat, 27 Desember 2024, mulai pukul 00.00 WITA. Selain merilis di beberapa gerai musik digital, BRAGA juga merilis sepuluh official video lirik dari lagu-lagu dalam album di kanal YouTube mereka.
Band ini akan bersulih nama baru menjadi BRAGA MGNDW. Terhitung sejak perilisan album ini, mereka tidak lagi menggunakan nama Beranda Rumah Mangga (BRAGA) dan beralih menjadi BRAGA MGNDW.
Menurut Yedi, hal itu agar para pendengar mereka tidak lagi kebingungan ketika menulis kata kunci, untuk mencari nama band ini di seluruh platform digital.
“Penggantian nama ini sebenarnya untuk mempermudah pendengar kami saja. Karena sejauh ini kami dan para pendengar akrab dengan nama BRAGA. Di mana-mana orang-orang tahu dan memanggil kami dengan nama BRAGA. Jadi kami putuskan sejak album ini dirilis kami akan menggunakan BRAGA MGNDW. Nama BRAGA ‘kan juga akronim dari nama kami yang lama yaitu Beranda Rumah Mangga. Sedangkan MGNDW-nya itu dari nama kesukuan kami yaitu Mongondow. Jadi tujuannya untuk mempermudah saja,” ujar Yedi.