Spirit On Sunday #6

Share

Setelah sempat terhenti sekitar 6 bulan, gelaran regular dari Kereta Badja, Spirit On Sunday(SOS) kembali digelar 22 Desember lalu. Tak seperti biasanya dimana SOS selalu setia mengadakan gelarannya di Taman Kota Andhang Pangrenan pada 5 gelaran sebelumnya, pada gelaran ke 6 ini, SOS berpindah ke Aula FISIP Unsoed. Tiket seharga 25.000 rupiah sebanding dengan disertakannya Anxiety Of The Truth, CD Debut album Death Metal paling fresh dari Purwokerto, Evil Circle. Bintang tamu untuk SOS kali ini adalah raksasa death metal ibukota Funeral Inception yang sedang menggelar tour dalam rangka mempromosikan album terbaru mereka” In Praise of Devastation”. SOS kali ini  semakin menarik dengan kembali performnya Mordacious, sebuah unit grindcore lawas, setelah sekian tahun menghilang dari skena musik Purwokerto.

DSC_0129

Dengan banyaknya band yang perform, gig pun dimulai tepat waktu sesuai rundown. Namun ada yang kurang disini, Deeto Desperate Boyzband yang sudah setia sebagai MC dari gelaran sebelumnya harus absen lantaran menimba ilmu di luar kota, padahal guyonan garing khasnya merupakan yang salah satu hal yang ditunggu pada tiap gelaran SOS. Dari sekitar 16 band yang tampil, hanya Factor System dan Bless In Noisy yang batal tampil. Diantara band baru yang tampil, menurut Adith (Evil Circle) yang sudah hadir sejak awal, predikat “hot performance” patut disematkan pada penampilan dari Power Of Dream (Power Metal) dan Klasa Dayoh (Death Metal). Adith menambahkan kekagumannya dengan “…Apalagi Klasa Dayoh personilnya masih anak-anak SMA!”. Band yang didaulat tampil repat sebelum Funeral Inception, Revolver, terpaksa perform hanya dengan 1 gitaris karena menjelang waktu penampilannya salah satu gitarisnya tak juga menampakkan diri. Penampilan mereka sebagai local act terakhir mendapat  apresiasi khusus dengan banyaknya penonton yang tertangkap mata menyimak betul panggung mereka meskipun Revolver sendiri membawakan musik rock. Setelah Revolver turun panggung, Funeral Inception pun segera bersiap di stage dan langsung menampar dengan intro “Non Serviam” yang segera dirangkai dengan  nomor-nomor fresh dari album “In Praise Of Devastation” seperti “Manusia (tidak) Mulia”, “Habis Gelap Terbitlah Perang”, “Dalam Nyala Api”, “The Greatest Roots of All Evil” yang sayangnya semua nomor tersebut terganggu dengan gaung yang parah yang dihasilkan oleh venue, pendek kesimpulan saya gaung yang dihasilkan cukup mengganggu pendengaran mengingat materi dari “In Praise of Devastation” komposisinya sangat jahat. Sesaat sebelum mengkover “Extreme Agression” Doni sang vokalis berujar serta menyanjung betapa melekatnya Purwokerto dalam hatinya “…senang rasanya bisa kembali ke rumah, Purwokerto adalah rumah kedua bagi Funeral Inception”. Hal tersebut bukan tanpa alasan atau hanya sekadar pujian belaka yang mebesarkan hati penonton yang hadir karena selama karir Funeral Inception sudah sekitar 3 personil yang asalnya dari Purwokerto.

Cukup disayangkan agaknya pemilihan tempat baru bagi gelaran SOS serta cuaca yang kurang mendukung membuat gelaran kali ini terbilang sepi dibanding gelaran-gelaran sebelumnya.

Pada formasi album “In Praise Of Devastation” pun orang Purwokerto belum bisa dilepaskan kontribusinya dari Funeral Inceptin, hal tersbeut dibuktikan dengan hadirnya Ai sebagai pengisi lead guitar, setelah pada album terdahulu ada AA pada drum dan Iwan pada guitar yang juga berasal dari Purwokerto. Penonton yang sedari awal hanya bisa mlongo menyaksikan penampilan Funeral Inception yang cenderung rumit akhirnya pecah juga dalam kubangan moshpit setelah Doni sendiri memecahkan kesunyian tersebut dengan turun ke kerumunan penonton dan bermoshing ria pada lagu terakhir “Surga Di Bawah Telapak kaki Anjing”.

Cukup disayangkan agaknya pemilihan tempat baru bagi gelaran SOS serta cuaca yang kurang mendukung membuat gelaran kali ini terbilang sepi dibanding gelaran-gelaran sebelumnya. Lokasi yang cukup sulit ditemukan bagi penonton dari luar Purwokerto nampaknya menjadi alasan bagi mereka enggan hadir, terlebih hujan yang sempat mengguyur sejak sore. Namun, hambatan-hambatan tersebut tidak mengurangi semangat para penampil yang tetap bermain maksimal, terlebih untuk band baru yang ingin memunjukkan talentanya pada pendahulunya dan pada khalayak ramai. Meskipun secara kumulatif dan dibandingkan gelaran sebelumnya SOS 6 ini sedikit lebih sepi, gelaran SOS 6 ini terbilang sukses. Salut buat totalitas para penampil dan panitia yang tetap menyajikan yang terbaik tanpa peduli derasnya hujan hari itu. (RW)