Silampukau: Safari Antar Kota Antar Provinsi 2022

Share

Setelah sekian lama tidak menghadiri gigs, entah gagal menghadiri secara personal, maupun gagal terselenggarakan karena dampak pandemi belakangan ini, akhirnya saya dapat beribadah gigs. Terlebih setelah mendapat info, bahwa band asal Surabaya, Silampukau akan melakukan tour 10 kota, dalam tajuk “Safari Antar Kota Antar Provinsi”, tanpa fafifu dari lama saya niatkan untuk bisa hadir. Kali ini komunitas keple heartcorner berkolaborasi dengan Tiban Collective didaulat sebagai tuan rumah dalam Safari Antar Kota Antar Provinsi. Tiga alasan yang kuat bagi saya pribadi untuk bisa menghadiri gigs kali ini. Pertama, kegagalan saya untuk menyaksikan langsung Silampukau di tahun 2015, saat singgah ke Purwokerto. Kedua rindu yang teramat untuk bisa tenggelam dalam suasana gigs serta gentowakan dengan para slurd (walau gigs kali ini banyak para slurd yang absen). Terakhir setelah hampir 1 tahun kebelakang, saya sah menjadi budak korporat dan terjebak pada rutinitas itu-itu saja. Beberapa lagu dari Silampukau terasa cukup relate dengan kehidupan saya. Bahkan, pada saat awal saya menjadi budak korporat, “Lagu Rantau (Sambat Omah)” selalu didengarkan secara looping untuk menemani perjalanan pulang dari kantor dalam keadaan lelah dan suwung.

Gigs “Safari Antar Kota Antar Provinsi” dijadwalkan pada hari Rabu, 29 Juni 2022 bertempat di ma-DANG! x OMNI dan dengan kuota terbatas. Entah memang alam yang berpihak atau penyelenggara acara kali ini tidak salah pilih pawang hujan, tepat hari Rabu, 29 Juni 2022 cuaca kota purwokerto cukup cerah yang padahal beberapa hari sebelumnya, Purwokerto diguyur hujan habis-habisan. Sesuai dengan jadwal yang sudah direncanakan, pukul 19.00 ma-DANG! x OMNI sudah penuh dengan penonton dan langsung saja acara dipimpin oleh Dewi Kinassih selaku MC dari Tiban Collective.

Grup duo asal Banjarnegara, Reumina berkesempatan menjadi pembuka acara. Pada awal sebelum Reumina naik panggung, saya cukup sedikit menebak-nebak adanya lilin besar berwarna merah di depan panggung. Sempat juga saya dan bg kiky menebak dengan adanya lilin merah menyala berarti akan adanya acara performing art, debus, atau lebih liarnya wax play di depan panggung. Tapi semua terbantahkan saat lampu mulai dimatikan dan Reumina naik panggung. Saat Sabela dan Arroyhan sudah di atas panggung, Reumina membukanya dengan lagu berjudul ‘Terwakili‘. Suara Sabela yang cukup lembut dan sendu dapat membuat penonton diam dan menyaksikan dengan seksama. Dilanjut tembang ‘1000x‘ dengan lirik berbahasa inggris, dan kali ini penonton masih diam. Dugaan saya mereka diam menghayati tiap liriknya atau sebaliknya, diam penuh pertanyaan berusaha paham akan lirik berbahasa inggris ini.

Setelah Sabela memberikan sedikit penjelasan, lagu ‘Terwakili‘ yang dibawakan. Lagu ini berkisah tentang bagaimana mencintai sesuatu tidak hanya dengan mata. Melengkapi penampilan selanjutnya naik 2 orang additional untuk memainkan string dan sequencer. Membawakan lagu ‘Tak Semuda Semula‘ dan ‘Silam Masa‘, Reumina bercerita pengalamannya memasuki fase yang lebih dewasa. Dua lagu tersebut membuat suasana gigs makin syahdu dan sendu. Penampilan dilanjutkan dengan “Luka” dan ditutup dengan ‘Semesti Semesta‘, sebuah cover dari Milestone dalam format band, yang diubah Reumina dengan apik dan sendu dalam format pop ballads. Penampilan Reumina yang didukung dengan set up panggung remang oleh cahaya lilin dan suara string berhasil menggambarkan suasana yang sendu dan gundah.

Setelah Reumina membawakan 6 lagu dan turun panggung MC Dewi Kinasih kembali memimpin acara sebagai break sebelum penampilan puncak. Tepat pukul 20.13 Silampukau naik panggung dengan formasi bertiga, dari Kharis dan Eki ditambah Rhesa pada kontrabas. Dibuka dengan ‘Hey‘ dan dilanjut dengan ‘Bola Raya‘, penonton langsung saja menjadi paduan suara. Setelah memperkenalkan diri, mereka langsung membawakan lagu dari album Dosa, Kota & Kenangan. Dimulai dengan ‘Malam Jatuh Di Surabaya’, ‘Sang Juragan‘ yang dilanjut dengan ‘Si Pelanggan‘. Dua lagu yang cukup ciamik untuk dibawakan secara berurutan lalu disambung dengan ‘Balada Harian.

Tidak lupa Silampukau juga membawakan single terbaru mereka yang dirilis bulan lalu, ‘Lantun Mustahil‘. Penampilan tersebut disambung dengan single mereka yang bernuansa dangdut namun dibawakan dengan format lebih sederhana ‘Dendang Sangsi. Sangat disayangkan saat Silampukau membawakan lagu tersebut, penonton hanya membentuk paduan suara, tidak ada yang berinisiatif untuk naik panggung dan ambil posisi sebagai biduan. Meskipun posisi biduan kosong, “Dendang Sangsi” dirasa sudah cukup meriah. Selanjutnya, tembang ‘Aku & Si Bung dan ‘Aku Duduk Menanti cukup membuat tempo sedikit lebih pelan, setidaknya untuk saya yang lempogen karna sedari pagi sudah menjadi sapi perah bisa untuk ambil napas.

Kembali pada album  Dosa, Kota & Kenangan, Silampukau kembali menggeber dengan lagu yang banyak ditunggu oleh penonton, ‘Puan Kelana‘ dilanjut dengan ‘Doa 1‘ dibawakan dengan suara khas vokal Kharis yang tegas dan vokal Eki yang tetap saja sexy. Serentak penonton menyanyikannya lebih keras dari sebelumnya, “duh gusti…!!!”

Tak terasa sudah lebih dari satu jam Silampukau di atas panggung, akhirnya di penghujung acara ditutup dengan lagu ‘Sampai Jumpa‘. Total Silampukau membawakan 14 lagu, semua puas walaupun di awal set suara dari gitar Kharis belum keluar secara maksimal, tapi saya rasa tidak mengecewakan penonton, toh itu hanya kendala teknis yang tanpa tunggu lama dihandle oleh crew yang sat set.

Layaknya acara pada umumnya, acara ditutup dengan foto bersama dipimpin oleh Tim Saba yang sedari awal acara dipercaya sebagai dokumentasi acara. Terlebih acara kali ini dengan kuota penonton yang terbatas, terasa lebih intimate. Gigs kali ini menghadirkan bintang tamu yang cukup berkesinambungan. Reumina dengan membawakan 6 lagu, yang secara garis besar bercerita tentang kegundahan pada fase quarter life crisis, cukup relate dengan para sebagian penonton yang hadir dan terbilang masih fresh. Sedangkan Silampukau, kita tahu lagu-lagu mereka banyak menyinggung permasalahan hidup yang kadang kita temui setelah fase quarter life crisis. Untuk saya pribadi cukup menjadi obat maupun curhatan secara tersirat dengan menyanyikan lagu Silampukau

Esoknya, sebagian dari kita yang hadir harus kembali bertemu pengulangan, bisa dalam bentuk mantri BRI, tukang tagih pinjol, pencitraan sukses apus-apus, atau kesibukan lainnya bisa palsu mungkin asli. Setidaknya malam itu semua berbahagia bersama. Bagaimana mau dibilang bukan obat? Lha wong, nyatanya seorang bapak anak satupun tetap memilih datang dan ber sing-a-long bersama Silampukau ketimbang harus meninabobokan anaknya. Cara pamit ke istri dan tanggung jawabnya di rumah juga cukup unik. Katanya “Tak tinggal bentar ya. Ora kepenak, acarane Mas Kemal…” Begitulah Silampukau. Mereka membantu kita untuk sejenak lepas dari tanggung jawab. Terima kasih. Janji main lagi ke Purwokerto!!!