Entah berapa banyak acara yang sedang berlangsung pada Sabtu, 30 November 2019 lalu. Tetapi, Purwokerto memang cukup ramai hari itu. Mulanya saya berniat untuk menonton Efek Rumah Kaca di Gor Satria. Namun, setelah dipikir-pikir Efek Rumah Kaca pasti sudah banyak yang menonton dan saya beberapa kali juga sudah melihat mereka secara live. Sementara Tulus sedang meramaikan acara Dentistry di Auditorium Graha Widyatama Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. Good Morning Everyone dari semarang juga sedang diboyong untuk mengisi di sebuah café di Jalan Merdeka. Cukup ramai untuk sekelas Purwokerto yang biasanya diisi muda-mudi nongkrong di kedai dan café menghabiskan akhir pekan.
Akhirnya saya memutuskan untuk datang ke acara yang diadakan Jahiliyyeah X Glossaria di Ramiro Café. Lagian sudah sangat lama saya tidak menikmati musik-musik indie pop. Barang kali saya bisa menemukan bebunyian semacam itu di acara Jahiliyyeah X Glossarie. saya menembus gerimis yang cukup intens dalam perjalanan menuju ke venue. Dalam hati saya bergumam, “wah pas sekali hujan-hujan ditambah dengan dengung-dengung gitar ambient plus pukulan snare vintage”.
Sesampainya di sana, terlihat teman-teman sedang memindahkan acara yang mulanya berada di backyard Ramiro ke dalam ruangan. Seperti biasa, selalu ada cara untuk membuat acara tetap berlangsung. Sekitar 30 menit kemudian, semua alat sudah tertata rapi. Acara dipandu oleh Mc Basssat akan segera dimulai. Seperti biasa, Mc Basssat “Amoral” memulai membuka acara dengan insert jokes skena lokal. Sementara belum satu lagupun dimainkan oleh para pengisi acara, cuaca sudah menunjukan kegalauannya. Gerimis yang turun setengah-setengah membuat suasana semakin intim. Konsentrasi orang berada di tengah, dan seperti biasa, lebih banyak pria daripada mba-mbanya.
Penampilan pertama dibuka oleh Sweet After Tears, unit indiepop Purwokerto yang telah merilis tiga single. Band yang juga telah banyak memiliki banyak jam terbang mengisi acara-acara di Purwokerto. Pembuka yang menarik, saya menikmati cukup serius untuk lagu berjudul In The Bosom. Penampil selanjutnya, Zul Muchasin, solois indie pop yang telah merilis berjudul “Secret Quest of A Lover” pada project pertamanya yang telah direlease oleh Heartcorner Record pada bulan Januari 2018. Zul membawakan lagu-lagunya dengan gitar akustik ditambah vocal efek yang memberikan reverb agar suaranya lebih tebal dan lebar. Tetapi saya merasa kurang puas, Zul nampak kurang bersemangat membawakan lagu-lagunya. Dan mungkin, memang dia butuh teman agar lagunya terdengar penuh seperti yang ada dalam EPnya. Tetapi tak apa, memang sulit untuk membuat acara sekaligus menjadi pengisi acara.
Hujan masih beberapa kali turun, kadang turun kadang berhenti begitu seterusnya. Beberapa orang juga nampak datang untuk menonton. Mc Basssat masih terus mencoba mencairkan suasana sembari menungggu sebuah band tengah menyiapkan perlangkapannya. Saya pikir saat itu Willy Wonka akan menjadi pengisi selanjutnya. Setelah melihat kembali flyer dan pengumuman dari Basssat. Ternyata bukan Willy Wonka, Sofyan kali ini akan mengisi bersama Space Cubs. Tanpa mengurangi rasa hormat, penampilan live Space Cubs kemarin menurut saya yang paling buruk dari semuanya. Entah kenapa, semua terasa saling mengencangkan gain padahal kondisi ruang sangat kecil. Beberapa kali drum yang dipukul juga terdengar berlari sendirian seperti mereka sedang berlomba satu sama lain. Masih merasa tidak puas, saya mencoba mencari lagu mereka di internet. Dan saya kembali memastikan, seharusnya mereka bisa lebih mempersiapkan diri. Apalagi setelah saya mencoba mendengar EP berjudul Frame by Frame yang mereka rilis Mei 2018. Dream pop dan Synth pop yang mereka bawakan terlalu riuh saat live ketimbang lagu hasil recordingnya yang menurut saya sudah bagus.
Setelah Space Cubs, dilanjutkan dengan Magpie, namun saya tidak menyimak serius penampilan mereka. Ada hal yang menarik di belakang panggung sembali mengisi batre handpone yang mulai habis. Maafkan saya , Magpie. Selanjutnya, Pop At Summer sebagai tamu undangan di acara itu dipersilahkan naik panggung. Mereka baru saja merilis EP berjudul Chamomile Rhymes 19 November 2019. Band asal Bandung ini membuka dengan lagu berjudul Everything’s Fine yang ditulis oleh Teteh Avi. Sebelumnya saya telah mendapat bocoran dari crew Bhinneka Radio bahwa Pop At Summer sangat bagus membawakan lagu-lagunya saat sesi interview. Saat itu juga, Pukul 16.00 WIB saya juga berada di studio Bhinneka Radio untuk menemani Mas Cholil Mahmud (Efek Rumah Kaca) untuk melakukan interview tentang isu dan gerakan Reformasi Dikorupsi.
Oke, kembali ke Pop At Summer, apa yang dikatakan crew Bhinneka Radio betul adanya. Live performance mereka memang bagus dan rapi. Saya bisa menikmati delapan lagu yang mereka bawakan. Dek Alve (5678Things) juga nampaknya mendapat pesaing yang cukup serius malam itu. Di kala gerimis, Pop At Summer membawaku mengingat beberapa band indie pop seperti The Shermans, Free Loan Investment, Acid House Kings hingga The Tidy Up.
Tersisa dua band terakhir sebelum penghujung acara. Kali ini Inisiator mengambil kendali. Trio yang bergaya mirip sales motor ketimbang Rockstar yang Bengal. Meskipun telah memiliki beberapa lagu, namun mereka baru merilis satu single berjudul Dance Baby, Dance. Mungkin curhat mereka sebagai band miskin adalah serius. Karena sampai hari ini mereka belum juga merilis lagu baru. Hehehehehe, Peace Almo dan Mamat. Moshpit terlihat ramai disertai dengan moshing penonton. Gerimis membuat cuaca yang beberapa hari sempat sangat panas menjadi sejuk. Keringat penonton tidak lagi karena kepanasan menonton acara, tetapi karena mereka bergembira dan berdansa bersama. Terakhir, 5678 Things mengisi sebagai penutup acara. Seperti biasa, Alvenisti mulai merapat ke panggung. Dek Alve masih selalu malu-malu ketika naik ke panggung. Setelahnya, selesai sudah bagi orang-orang yang menonton ketika Dek Alve mulai mengeleng-gelengkan kepalanya sambil memetik gitar. Bubar jalan hati yang ambyar digantikan dengan keceriaan panggung milik Dek Alve.
Dan, seperti biasa, setelah acara selesai dan beres-beres. Ada sesi bercanda dan bercengkerama. Sambil menunggu gerimis yang berubah menjadi hujan, sebelum akhirnya kami semua kembali pulang.