DITAMPART! #4 edisi Purwokerto

Share

Jumat, 23 Februari 2024 adalah kali ketiga kelompok Heartcorner berkolaborasi aktif dengan kolektif asal Semarang, Hysteria. Setelah sukses menggelar Lawatan Jalan Terus pada Mei 2023, lalu pemutaran film dan presentasi jurnal ilmiah dalam “Mengenang Kembali Soetedja” pada 9 Februari lalu, bentuk kolaborasi yang dihadirkan kali ini adalah sebuah pasar seni dan panggung pertunjukan dengan tajuk “DITAMPART!”.

DITAMPART! adalah salah satu platform paling mutakhir yang dimiliki oleh Hysteria, yang merupakan kependekan dari Dinas Cipta Tempat dan Ruang Terpadu. Secara fisik, item utama dibangun dari motor roda tiga yang kemudian dimodifikasi sedemikan rupa menjadi panggung pertunjukan seluas 6 meter kali 10 meter. Sebagai sebuah metode, DITAMPART merupakan sebuah sebuah alat dukung penciptaan ruang-ruang alternatif untuk aktivasi ekosistem.

Dengan membawa semangat keberlanjutan ekosistem, konten yang disajikan di Purwokerto bertema Pasar Seni Kapiran! yang menghadirkan kesenian tradisi tari lengger dari Jagabaya Nuswantara yang dikoordinasi oleh Ridwan Bungsu, kemudian sesi diskusi bersama beberapa seniman dan tokoh komunitas seperti Anunk Soemargo yang aktif di komunitas Lingkar Gora, sekaligus inisiator Pasar GoraIrfan Bahtiar selaku pegiat komunitas dan pengelola Hetero Space yang menyajikan ruang berekspresi bagi pelaku kebudayaan, Kang Suho dari Sanggar Kamulyan Sindureja, Jatilawang yang aktif dalam menggalang kegiatan kesenian dan sosial di akar rumput, serta Rianto, seniman tradisi lengger lanang yang menjadi wajah kesenian Banyumas dewasa ini, dengan membahas siasat keberlanjutan ekosistem, yakni cara bertahan dengan kerja-kerja kebudayaan yang dimoderatori oleh Farobi dari SABA Studio.

Potret kunjungan di tenda Pipi Kanan

Tata letak pertunjukan dibuat menyesuaikan dengan konsep DITAMPART yang menyajikan dua tenan kreatif di seberang panggung, yang dinamai Pipi Kanan dan Pipi Kiri. Pada bagian Pipi Kiri menyuguhkan DITO Dancing Queen Print Making Workshop, game interaktif berjudul Jam Musuh Kota, serta HYPE (Hysteria Perpustakaan). Sedangkan pada bagian Pipi Kanan menyuguhkan Konter Kultur, ruang pamer seniman rupa Purwokerto yang menampilkan karya dari Rida Purnama Sari yang menggunakan gaya cat air, dan Gibransyah Nur Putra yang membawa gaya visual cat minyak pada kanvas.

Asta Kiri di panggung DITAMPART #4 Purwokerto

Panggung musik DITAMPART yang menjadi hiburan puncak pada malam hari menyuguhkan aksi panggung dari pelaku hip-hop yang baru saja meluncurkan debut mini albumnya pada Desember 2023 lalu, Asta Kiri yang manggung masih dengan suara bergetar, seperti belum makan, tapi sesungguhnya grogi masih menyelimuti. Disambung dengan penampilan band shoegaze muda asal Semarang yang juga turut berkeliling dengan Hysteria di 17 kota lainnya, Schelper yang tampil dengan malu-malu namun tetap prima. Keriaan malam hiburan DITAMPART di Purwokerto ditutup dengan aksi chaos nan mempesona dari grup dance apocalyptic asal Purbalingga, Sukatani yang membawa musik dansa dengan lirik-lirik yang berbahaya. Salah satu buktinya, pada akhir lagu mereka melakukan ritual beserta penonton mengkritisi keberadaan otoritas penjaga ketertiban (lebih tepatnya mengolok-olok), yang berujung kehadiran mereka di lokasi pada akhir kegiatan diakibatkan laporan dari pihak warga sekitar. Sungguh nyata perkataan adalah doa, dan semesta mengabulkan dengan seksama. Namun pada akhirnya semua bisa dikondisikan dan berjalan lancar.

Schelper di panggung DITAMPART #4 Purwokerto
Sukatani di panggung DITAMPART! #4 edisi Purwokerto

Sebagai bahan pertimbangan dan evaluasi, secara keseluruhan kegiatan DITAMPART di Purwokerto berjalan dengan lancar meski banyak hal yang berjalan tidak sesuai dengan perkiraan awal, termasuk kondisi cuaca yang tidak menentu, kehadiran tamu yang diundang tanpa ijin untuk ‘nimbrung’ di acara. Butuh ketegasan lebih bagi pihak penyelenggara untuk mengambil sikap agar ke depan acara yang digelar bisa lebih tertib dan sesuai dengan target kegiatan. Satu lagi, dengan atau tanpa adanya ruang pertunjukan yang mapan, proses distribusi kreatifitas harus tetap berjalan. Salam indie jaya rugi selalu!