Purwokerto Semedulur kembali menggelar acara Lihat Talk dengan judul Seni Instalasi & Critical Making. Acara ini dilaksanakan pada hari Jumat, 6 Maret 2020 Pukul 19:00 WIB di Kopi Kebon. Dalam acara ini Purwokerto Semedulur menghadirkan 4 (empat) pembicara yang dibagi ke dalam 2 (dua) sesi.
Pada sesi pertama, pembicara yang dihadirkan adalah rekan-rekan dari House Of Natural Fiber (HONF) Fondation, diantaranya:
Regina Sipos (Peneliti Universitas Teknik Berlin)
Conny Zenk (Visual Composer, Video, And Media Artist Based In Vienna)
Dhoni Yudhanto (Experimental Architecture And Urban Design)
Acara sesi pertama dimulai pukul 19:00 WIB, Jaloom sebagai moderator membuka acara dengan menjelaskan maksud dan tujuan. Acara “Lihat Talk” merupakan salah satu program regular yang kerap diselenggarakan oleh Purwokerto Semedulur.
Peserta yang hadir cukup padat untuk memenuhi ruang belakang Kopi Kebon. Moderator mulai memanggil satu per satu pembicara untuk mengisi diskusi sesi pertama. Namun sayangnya, Conny Zenk dan Regina Sipos tidak nampak di depan panggung. Mereka digantikan oleh Galih dan Bondan. Kedua pembicara pengganti ini juga merupakan mitra kerja dari HONF Fondation. Galih merupakan ahli dalam bidang teknologi dan informasi, sementara Bondan merupakan seorang arsitek.
Satu pembicara lagi adalah, Dhoni Yudhanto, lulusan dari Jurusan Arsitektur, Universitas Gadjah Mada tahun 2013. Melalui keterangan yang dibagikan oleh Purwokerto Semdulur, ia juga merupakan pendiri dari DORXLAB, sebuah lab arsitektur yang berfokus pada arsitektur eksperimental dan parametrik. Dalam paparannya, ia menjelaskan beberapa projek yang telah dilakukan oleh HONF Fondation bersama dengan mitra kerjanya. Ia memaparkan beberapa program yang telah dilakukan oleh HONF bersama mitra kerjanya v.u.f.o.c. Salah satu program yang dipaparkan adalah kegiatan bersama dalam acara International S.E.T.I Conference dimana salah satu warga Indonesia mendapat kesempatan untuk melakukan residensi di Planet Mars. Selain itu juga, ia menjelaskan tentang sebuah projek pengelolaan limbah tahu yang bisa dirubah menjadi sejenis kulit. Produk eksperimen ini diberi nama “Soya Coultrure”, saat Soya masih terus diteliti dan dilakukan pengembangan. Menurutnya, eksperimen dalam pengembangan produk ini dilakukan agar masyarakat dapat memanfaatkan limbah tahu menjadi sebuah produk daur ulang yang bermanfaat.
Dhoni menjelaskan bahwa Critical Making merupakan sebuah aktifitas yang dilakukan oleh pembuat karya dengan memberikan pemaknaan dan tujuan yang lebih bermanfaat luas. Karya yang dihasilkan bukan hanya merupakan sebuah kritik, melainkan juga solusi dari sebuah permasalah yang terjadi di masyarakat.
Sebagai informasi, House Of Natural Fiber merupakan New Media Art Laboratory yang berumah di Yogyakarta. Mereka menerapkan metodologi yang disebut Open –Community, yang sebagian besar berkaitan dengan kebutuhan tindakan lintas kolaboratif menanggapi pengembangan teknologi dan penggunaan praktis dalam kehidupan sehari-hari.
Pada awalnya, HONF adalah komunitas muda dengan berbagai latar belakang dan cita-cita. Sejak 1999, mereka telah berkonsentrasi pada prinsip-prinsip kritik dan inovasi. Dalam implementasi visi ini, setiap program yang mereka kerjakan didorong untuk melakukan pengembangan dalam bidang seni, sains dan teknologi untuk masyarakat. Dengan visi ini HONF memprakarsai Program Fokus Pendidikan (EFP), kurikulum yang bertindak sebagai pedoman untuk setiap kegiatan HONF yang dibuat untuk menanggapi situasi dan kondisi global di Indonesia.
Salah satu pemateri, Galih mengatakan bahwa Soya sempat mendapat tawaran kerjasama dari International Corporation untuk dilakukan pengembangan dan pemanfaatkan lebih lanjut. Beberapa perusahaan yang menghubungi Soya antara lain: Adidas, Prada hingga H&M. Namun, mereka menolak tawaran tersebut karena tidak sesuai dengan prinsip kerja yang dilakukan oleh HONF dan kawan-kawannya. HONF mendukung penuh pemanfaatan produk dan inovasi di bawah lisensi Creative Common. Artinya, semua hasil inovasi dan eksperimen yang mereka lakukan dibuat dengan tujuan agar seluruh elemen masyarakat dapat mengakses dan mengembangkan secara terbuka tanpa diperjualbelikan.
Bondan juga menambahkan bahwa HONF mempunyai tujuan yang lebih luas dalam pengembangan seni, ilmu pengetahuan dan teknologi. Semua projek yang dilakukan bertujuan untuk membuka akses seluas-luasnya kepada masyarakat untuk ikut mengembangkan dan memanfaatkan. Beberapa peserta juga merespon dengan memberikan pertanyaan kepada pembicara.
Sesi kedua, Purwokerto Semedulur menghadirkan Hendra “Blangkon” Priyadhi yang merupakan seorang seniman visual dan instalasi. Menurutnya, pembuatan seni instalasi berangkat dari objek yang dicari kemudian dibentuk menjadi seuatu yang baru dan makna yang baru menyangkut banyak hal. Seni Instalasi merupakan imajinasi dari seniman terhadap benda-benda yang dibuat menjadi sebuah rangkaian menjadi karya 3 dimensi.
Hendra memaparkan bahwa ia mempunyai kecenderungan berbeda dari para seniman lainnya. Biasanya, orang membuat desain 3 dimensi berawal dari sketsa, maket hingga pembuatan skala untuk efektifitas kerja. Namun, ia melakukan pola lain dengan sebuah metode bernama kolase. Awalnya ia membuat karyanya dari kolase 2 dimensi/ gambar. Kemudian dikembangkan menjadi relief melalui medium tertentu. Hingga menginjak pada seni instalasi 3 dimensi.
Seni instalasi dimulai dari proses menemukan objek (Found object), Menurut Hendra kolase basic-nya found object. Ia menggunakan kemampuan intuisi untuk menemukan benda-benda yang akan dibentuk menjadi seni instalasi. Dapat dikatakan seni instalasi melalui kolase tidak memiliki karakter khusus secara bentuk. Namun, seniman bebas menentukan bentuk dan maknanya sendiri atas karya yanbg mereka buat, bisa jadi pemaknaan itu sangat personal bagi sang seniman. Hendra menuturkan “Jika sesuatu yang pernah dilakukan di masa lalu, dilakukan kembali di masa sekarang, itu berarti passion kita”.
Acara Lihat Talk diselenggarakan atas dukungan banyak pihak seperti: Kopi Kebon, Komunitas Fotografer Banyumas, Lihat Kebonku, Foxe Studio, House Of Natural Fiber (HONF) Fondation, Himpunan Mahasisw DKV ITT Telkom. Peserta juga sangat antusias menyimak setiap pemaparan yang dilakukan para pemateri. Di akhir acara, panitia menghadirkan penampilan dari DJ DVTR, TRAXID, dan Eininos untuk menutup acara. (HSA)