Perihal Permintaan Maaf & Kesungguhan Kita Untuk Memintanya: Selamat Hari Raya Iedul Fitri 1435 H

Share

Pembaca, apakabar? Bagaimana perjalanan pembaca dalam melaksanakan ibadah puasa bulan Ramadhan kali ini? Sudah barang tentu kami yang berada di web ini berharap bahwa ibadah pembaca diterima oleh Tuhan, kami mendoakannya, begitu pula sebaliknya semoga pembaca mendoakan ibadah kami yang sedikit ugal-ugalan diluar pakem ibadah yang ditentukan oleh entitas kaku bernama agama, ahh maaf belum-belum bahasan kami sudah seperti ini, kami baru saja mengatakan maaf loh, pembaca. Ibadah puasa Ramadhan sudah menjadi tradisi untuk kemudian diakhiri dengan permintaan maaf dan pemberian maaf, hal tersebut kami pikir sudah menjadi tradisi global bukan saja tradisi lokal ditempat kita hidup, pembaca. Berbicara mengenai permintaan maaf, kami ingin melaksanakannya dengan sebuah niat yang tulus dan sungguh-sungguh, maka dalam tulisan ini ada baiknya kami, sebelum meminta maaf pada pembaca, menelanjangi dulu diri kami dengan beragam kesalahan yang kami lakukan selama setahun penuh di 2014 ini. Pembaca, sebagai mahluk yang hidup bersisian dengan mahluk lain dan berinteraksi dengannya sudah jadi hal pasti perilaku kita selalu mendapatkan pandangan yang bersisi dua atau berjuktaposisi, tidak mungkin kita berlaku benar buat semua mahluk disekitar kita bahkan untuk sebuah perilaku yang kita anggap paling benarpun! Kami meyakininya. Dari keyakinan kami untuk mengatakan demikian, maka ijinkanlah kami menyegarkan kembali ingatan pembaca mengenai beberapa tindakan kami dalam penulisan di web ini yang mungkin, atau bahkan pasti, membuat pembaca jadi kurang setuju dengan muatan yang kami tulis disini. Mari kami antarkan pembaca untuk menyegarkan ingatan pembaca sembari menyusupkan permintaan maaf.

Pertama, maafkan kami pembaca apabila kami belum sepenuhnya berhasil mengakomodasi janji kami untuk bisa menjadi sebuah laman penulisan antar komunitas yang berada di Purwokerto dengan porsi yang berimbang. Kami masih ingat mengenai janji kami untuk menjadi demikian pada saat kami melakukan launching laman ini diawal tahun, maka dengan seluruh keterbatasan tenaga dan sumber daya yang ada kami mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila janji tersebut belum jadi kenyataan, pembaca. Masalah niat tidak usah pembaca tanyakan, tapi di dunia nyata kita diikat oleh konsepsi das sollen dan das sein dimana segala sesuatu hanya akan memiliki implikasi ketika niat sudah menjadi tindakan atau manifestasi di dunia nyata, maka sekali lagi maafkan kami yang masih berujung pada niat semata, pembaca.

Kedua, maafkan kami pembaca apabila kami terlalu sering mengadakan gigs dalam keadaan yang terlalu privat dan kurang menyeluruh pada semua kalangan yang berujung pada sematan “komunitas ekslusif” pada kami. Bukan apa-apa, pembaca, kadang, kalo bukan hampir selalu, kami tidak punya banyak cadangan finansial guna membayar kehadiran pengisi acara yang hadir dalam gigs yang kami adakan. Karena alasan itu kami merasa kurang enak kalau ternyata kami tidak mampu memenuhi ekspektasi pengisi acara yang belum mengetahui “jeroan” kami, maka untuk masalah yang kedua kami meminta maaf untuk ekspekstasi yang terlalu tinggi terhadap kami dan kami, sebaliknya, tidak mampu untuk memenuhinya.

Ketiga, ini adalah penelanjangan diri kami yang terakhir dalam tulisan ini, adalah permintaan maaf kami mengenai kegiatan kami dalam 3 bulan terakhir yang berkaitan dengan konstelasi dan dinamika politik praktis di negara tempat kami tinggal yaitu sebuah keberpihakan terhadap seorang calon pemimpin negara ini. Seperti yang pembaca sudah baca dalam editorial board sebelumnya, kami akhirnya memilih untuk berpihak dan dalam koridor tersebut kami tidak kemudian memusuhi pilihan-pilihan beragam yang tetap terpelihara dalam komunitas kami seperti pilihan untuk tetap mempertahankan sebuah sikap anti entitas negara yang dicetuskan oleh Mikhail Bakunin yang lazim disebut dengan anarkisme.  A contrario, dengan harapan yang besar kami berharap, ketika menulis tulisan ini, mereka yang masih tetap tinggal dalam koridor anti entitas tersebut sudah mulai belajar mengkhatamkan diskursus-diskursus Mikhail Bakunin seperti kami yang sudah mulai belajar mengkhatamkan Dialektika Marerialis-Historis hibrida Marx dan Hegel ketika akhirnya kami memutuskan untuk berpihak. Keberpihakan kami sudah pasti menjadi sesuatu yang janggal, bahkan bagi kami sendiri, walaupun dalam skala global banyak juga pegiat-pegiat gerakan kolektif yang kemudian menyatakan keberpihakan, namun bukan hal tersebut yang kami sasar, keberpihakan kami adalah sesuatu yang penuh dengan alasan dan pertimbangan, itu sasaran kami. Diluar itu kami masih punya harga diri untuk sekadar menjadi latah, walaupun disisi lain kami harus siap dengan juktaposisi yang mengatakan sebaliknya dimana kami tetap disebut latah. Kami berpihak karena kami masih ingin ada penghargaan terhadap sikap-sikap kritis, otokritik dan penghargaan terhadap hakiki mahluk yang berinteraksi yaitu berpikir bebas, maka ketiga hal tersebut adalah tujuan dari keberpihakan kami. Untuk poin ketiga ini kami tegas meminta maaf karena kami yakin juktaposisi disini tidak berjalan dengan seimbang, kami yakin tindakan kami lebih diletakan pada sesuatu yang mencederai jargon yang lama berkembang di negara tempat kita tinggal yaitu seni adalah sesuatu yang bebas dari materi muatan, tapi kami tidak meyakininya, pembaca, kami sebaliknya meyakini bahwa seni sampai kapanpun adalah sesuatu yang bermuatan dan berpihak.

Dari ketiga poin diatas kami siap menerima kembali juktaposisi dari pembaca mengenai kemungkinan kami dibilang lebay karena pembaca mungkin tidak pernah berpikir sedetail kami dalam menelanjangi diri kami sendiri, tapi kami disini cuma ingin mengucapkan dan menawarkan maaf yang paling dalam dari kesalahan yang mungkin telah kami buat. Pembaca, perihal meminta maaf itu adalah murni sebuah dorongan batin dan perihal memberi maaf itu adalah murni hak prerogatif pembaca untuk memberikannya, kepada siapa saja termasuk kepada kami disini, maka dengan mengulang konsepsi mengenai das sollen dan das sein dengan ini kami resmi meminta maaf dalam sebuah tindakan yang nyata, tidak terhenti pada niat saja. Selamat merayakan hari raya bersama orang terkasih, pembaca, sekali lagi dengan simpuh dan tunduk yang paling dalam yang pernah kami punyai kami mohon maafkan segala kesalahan kami selama menggiring opini pembaca dalam membaca konten-konten di laman ini. Mohon maaf lahir dan batin dari segenap kru Heartcorner.net dan Heartcorner Collective yang bertugas.