Exhumation – Eleventh Formulae

Share

Artist: Exhumation | Album: Eleventh Formulae | Genre: Death Metal | Label: Pulverized | Tahun: 2020

Setiap orang suci, sebagaimanapun ia adalah orang, berhak melibatkan perasaannya dalam setiap nubuat yang diucapkannya.

Exhumation mendapatkan predikatnya sebagai orang suci dalam semesta besar Death Metal melalui Opus Death yang dirilis pada tahun 2015. Nubuat yang dibawanya berupa kisah-kisah dari masa ketika Death Metal berasal dari dunia yang masih gelap; era permulaan seperti yang banyak diceritakan dalam berbagai books of genesis.

Pada nubuat itu Exhumation masih belum menampakkan bentuk sebagai orang. Ia masih terlihat serupa binatang buas yang mengayunkan godamnya untuk mengancurkan berhala-berhala dari idola yang sesat. Ia masih dengan ganas, serupa Musa waktu menyampaikan 10 perintah tentang apa yang baik dan apa yang buruk. 10 perintah itu entah mengapa dapat tepat diaplikasikan dalam konteks bagaimana Death Metal yang baik dan benar harus dianut.

Pada Eleventh Formulae, ia mulai menunjukkan diri sebagai orang: memiliki rasa sekaligus menurunkan tensi kebuasannya, dan yang terpenting berbagi pengalaman ketika sebuah nubuat turun kepada mereka.

2 Nomor pembuka “Mors Gloria Est” dan “Inferno Dwellers” dengan sabar menuntun para pendengar nubuat untuk memahami apa yang hendak disampaikan kepada mereka. 2 nomor teresebut, meskipun tidak semeledak-ledak “Soul Wanders” dan “Upon Our Hordes”, merupakan nomor yang sakral. Hal tersebut dapat dipahami dalam logika berpikir demikian; 2 nomor awal dalam nubuat Opus Death adalah baiat, sedang 2 nomor dalam Eleventh Formulae adalah penguat baiat bagi para pendengar nubuat mereka. Tentu saja keduanya memiliki perbedaan.

“Grandeur Dawn”, “Vicious Extacy”, dan “Arcane Dance” melanjutkan nubuat Exhumation dengan padu-padan bunyi yang ditempa dari sudut-sudut tergelap semesta ketika kepercayaan Death Metal baru saja lahir. Khusus untuk “Arcane Dance”, nomor tersebut pantas mendapatkan lampu sorot di tengah kegelapan yang disampaikan oleh Exhumation. Sesuai judulnya, nomor tersebut tepat dijadikan tarian batin untuk mencapai trance yang hakiki dalam memahami arti Death Metal sesungguhnya. “Omnious Chant”, “Blood Trails”, dan “Perdition Spells” kembali melanjutkan kisah-kisah yang disampaikan Exhumation.

Sesungguhnya, penyampaian satu per satu nomor yang demikian adalah hal yang sangat membosankan dan kerap menjebak penulis maupun pembaca dalam sebuah tulisan yang membosankan pula. Tapi, sebagai penulis saya merasa perlu menyampaikan demikian karena ada yang disimpan.

Bagi para pendengar nubuat Eleventh Formulae yang awas pasti akan menangkap bahwa tulisan ini mengecualikan 3 nomor; “Formulae I: Malediction Bells”, “Formulae II: Ironheart Rapture”, dan “Formulae III: Eleventh Vessel”. Nomor tersebut sengaja dikecualikan dalam highlight di atas karena satu alasan sederhana: ketiganya adalah esensi dari Formula Kesebelas.

“Formulae I: Malediction Bells” merupakan penanda turunnya nubuat. Hal tersebut dapat disimpulkan dari nuansa yang membuat pendengarnya setengah sadar dalam paduan teriakan yang pudar, kegaduhan dari sumber suara yang asing, dan bel yang berdentang. Dalam banyak kisah tentang orang suci, pertanda demikian banyak ditemukan.

“Formulae II: Ironheart Rapture” disampaikan dalam sebuah elegi yang murung. Seorang suci kerap mengalami hal yang demikian. Seorang suci yang hanya mendapatkan 12 murid seumur hidupnya dan kemudian mati dikhianati oleh salah satu muridnya adalah contoh paling konkret bagaimana kemurungan kerap menemani perjalanan orang suci dalam menyampaikan nubuat. Nomor ini kurang lebih menyampaikan pesannya dalam hal yang demikian.

“Formulae III: Eleventh Vessel” adalah pengunci sekaligus metode. Nomor ini disampaikan melalui dentuman suara serupa mantra yang mengharapkan sekaligus mengagungkan sebuah nubuat. Bisa jadi, bagi para pendengar nubuat Exhumation, nomor ini akan menjadi mantra yang dirapalkan mereka sehari-hari; sebagai lambang kepatuhan, sebagai rapalan perayaan ekstasi, dan mungkin sebagai rapalan ratapan.

Esensi dari Formula Kesebelas Exhumation terangkum dalam tiga nomor tersebut. Karena merupakan esensi dan cenderung mengarah pada sesuatu yang metodis, ketiganya memerlukan perhatian khusus yang tidak disampaikan dalam highlight yang pendek dan membosankan. Juga, seperti disebut di atas, ketiganya adalah nomor penting untuk melihat orang suci dalam bentuk mereka yang paling manusiawi

*

Beberapa tahun lalu, seorang suci dari Baton Rogue bertitah dalam nubuat singkat “Today’s undeground scene is tomorrow shoping mall“. Ia memanifestasikan gejala bagaimana musik-musik yang berasal dari sudut-sudut tergelap dunia ini bahkan telah menjadi barang yang sangat laku dijual. Nubuat tersebut bisa diaplikasikan pada semua band kini dalam semesta besar lema underground.

Menyilangkan nubuat tersebut dengan nubuat orang suci lainnya dalam tulisan ini, Exhumation, menjadi poin yang sangat menarik karena keduanya tidak dinubuatkan dalam ruang dan waktu yang hampa, sekaligus juga menghadirkan juktaposisi dan otokrotik bagi penubuatnya.

Di satu sisi nubuat Exhumation bisa menjadi antitesis sekaligus juktaposisi nubuat tersebut. Exhumation bisa dengan cermat menghadirkan memento, pengingat dari sebuah kejadian besar, tentang bagaiamana kepercayaan Death Metal tercipta untuk melawan gelombang besar penyeragaman. Ia bisa dijadikan kompas bagi para pencari kemurnian bentuk dan para orang-orang yang menolak tunduk.

Tapi, seperti ditulis di atas akan ada pula otokritik. Ampuhnya nubuat Exhumation juga menghasilkan tren, migrasi besar-besaran, dan perpindahan kepercayaan yang mendukung narasi bahwa pasar musik bawah tanah sekarang adalah supermall. Sebagai contoh, pernah ada satu band yang sebenarnya telah cukup mapan dengan kepercayaannya, Hardcore yang keruh, tiba-tiba memaksa dirinya menjadi sama dengan Exhumation, penyampai nubuat dari dunia lama.

Contoh gejala tersebut menjadi contoh yang sempit. Di luar itu, di luar sana, dalam hal yang paling banal sejak Exhumation menubuatkan Opus Death, puluhan pemuda bergegas membeli jaket kulit dan membuka kembali kitab-kitab perjanjian lama versi Morbid Angel, Possessed, Sarcofago atau yang lainnya.

Tentu saja itu bukan salah Exhumation. Sebagai penulis saya hanya menghadirkan kemungkinan lain lewat otokritik atau juktaposisi. Karena setiap orang suci, sebagaimanapun ia adalah orang, berhak melibatkan perasaannya dalam setiap nubuat yang diucapkannya. Dan setiap orang suci, harus menanggung fakta bahwa nubuatnya selalu menciptakan gelombang pengikut dalam level yang paling saleh sampai level yang paling gadungan sekalipun. (WR)