Abolish Conception – Imortalitas dalam Bentangan Nihil

Share

Artis: Abolish Conception | Album: Imortalitas dalam Bentangan Nihil | Label: Samstrong Records | Tahun: 2019 | Genre: Death Metal

“Produksi musik serius ternyata bisa sebercanda itu.”

Reinkarnasi kultusan ini berujung barbar, “Imortalitas dalam Bentangan Nihil” menjadi sebuah khotbah bagi presepsi kebenaran ortodoks yang dipertanyakan oleh Daniel dan sekutunya dalam Abolish Conception. 2019 menjadi tahun yang sakral bagi unit brutal death pinggiran Ibu kota ini. Sembilan track segan penuh dengan nuansa tema okultisme plus satu cover song Cowboy From Hell dari Pantera yang katanya direkam tanpa izin akhirnya menetas dalam eraman Samstrong Records. Album ini menjadi roster pertama dengan intimidasi brutal death metal yang dirilis oleh Samstrong yang selama ini berkutat dalam lingkup musik hardcore dan anak-anaknya.

Akhir pembaptisan yang membawa unit bernama awal KOBA ini menjadi Abolish Conception berujung pada kontestasi iman dan pandangan kaum puritan terhadap konsep kebenaran yang menurut mereka sebagai sebuah sikap yang ortodoks.

Sebenarnya saya sudah jarang dan agak malas mendengarkan kembali komposisi musik brutal death dengan karakter raw yang membuat kuping saya cepat lelah. Dari awal memegang fisik album ini saja sudah terbayang betapa pedasnya suara yang akan masuk ke kuping saya nanti. Benar saja ketika mendengarkan album ini kuping saya yang lemah tidak cukup kuat untuk bertahan sehingga harus beberapa kali diselangi jeda untuk mendengar keseluruhan track dalam album.

Sebelum menilik pada konten audio dalam album sebuah kejanggalan yang memuakkan langsung saya temui seketika memegang dan melihat cover album ini. Artwork yang enak dipandang mata justru disandingkan dengan ulasan napak tilas cukup panjang, dicetak dengan font ukuran kecil, serta pemilihan tipe font chiller memenuhi dua lembar dari sudut bukaan kertas CD album ini. Artwork yang dipenuhi dengan tengkorak dan siluet tubuh-tubuh ditusuk berjejer serta satu tengkorak yang ditembus oleh pedang, membawa penafsiran saya terhadap bagaimana matinya kinerja otak dan logika saat jiwa dirasuki ragam dogma transenden pada umumnya. Semacam itu pokoknya, lah.

Tanpa menuliskan detail lirik lagu dalam tiap nomornya, unit brutal ini dengan arogan hanya cukup menuliskan urutan judul lagu di setiap track mereka dalam album ini. Tentu saja, mereka menuliskan detail baris lirik lagu pastinya akan penuh dengan absurditas dan pemilihan diksi yang super pusing seperti gaya penulisan ala Daniel Maradhany (Vocalist) pada umumnya. Seketika saya berpikir hal tersebut menjadi sebuah pemakluman dan puji syukur karena saya tidak perlu tertekan karena konteks lirikal yang mungkin akan semakin mengintimidasi otak.
Gaya penulisan judul album sampai judul pada setiap track terlihat jelas signifikansi dan dominasi Daniel dalam pembuatan konsep lirikal album ini. Gaya bahasa yang saya jumpai pada setiap nomor populer di Deadsquad dapat serta kita jumpai dalam album ini. Super multitafsir dengan tipikal stilistik penulisan ndakik-ndakik bisa seketika dirasakan tanpa harus membaca detail lirik di setiap nomor dalam album ini. Entah apabila ternyata kebenaran dalam album ini adalah tanpa lirik, hal tersebut juga saya anggap sebagai parameter konsep kepusingan lain yang dimuat oleh Abolish Conception itu sendiri.

Album ini membawa nuanasa kerumitan yang dibalut dengan penuh kesan slenge’an. Hal tersebut yang membuat saya menjustifikasi album ini sebagai sebuah dokumentasi karya yang terlalu serius untuk dibuat sebercanda itu, ataupun sebaliknya. Bagaimana tidak, pertama memegang cover album ini langsung disuguhi dengan credit tittle absurd satu lembar penuh dengan font chiller yang bikin merinding karena menggelikan.

Kualitas produksi musik yang raw ini semakin mengukuhkan jalan mereka pada arena brutal death metal. Musik yang direkam terpisah dengan rentang waktu yang tidak menentu ini semakin membuat konsep brutal ini semakin menjadi. Meski pada akhirnya merujuk tidak jelasnya kiblat konsep warna sound yang dimuat oleh album ini.

Mungkin itu yang menjadi salah satu pesan tersirat dalam konteks ultra nihilis yang dianut oleh Daniel dan teman-teman di Abolish Conception. Selain itu, band yang juga diperkuat oleh masuknya Dirk pada tahun 2009 yang membuat riff pada tiap track semakin aneh, menilik gaya permainan Dirk yang cukup melodis dan modern terlebih dengan portofolionya di Hellcrust.

Karakter sound yang organik tanpa polesan bisa dirasakan di album ini. Bahkan mereka benar-benar membiarkan kesan raw ini sebagai tonggak fundamental dalam bermusik secara brutal. Noise gitar yang dibiarkan begitu saja, sound yang tipis menyayat telinga dan frekuensi yang saling kontras serta ornamen drum dan ketuknya yang benar-benar mentah justru menjadi sudut pandang kebanggaan mereka dalam produksi album yang total organik ini.

Selipan reinterpretasi Cowboy From Hell dari nomor berat milik Pantera menjadi puncaknya, yang ternyata lagu tersebut diobrak-abrik sedemikian rupa dengan membaptis ulang lagu tersebut dengan judul Nobody From Hell. Dengan teknis teriakan dan penyampaian musik yang chaotic mengukuhkan ikhtisar brutal dan ideologi mereka di album ini.

Melalui sembilan nomor pertanyaan Abolish Conception terhadap eksistensi dan konsep teologi yang selama ini dianut, diimani, serta dikonsumsi publik dikemukakan secara luas. Mereka secara sadar telah menegaskan khotbah dan substitusi imanen-nya melalui kitab ini. Tidak ada signifikansi kengerian dan unsur magis dalam album ini hanya gumaman dan riak tak jelas yang dikumandangkan. Bagi mereka, begitulah cara mengimani kepercayaan. Perkara seperti ini tidak akan pernah habis dibahas apalagi hanya mengacu pada deret sembilan nomor berisik dalam sebuah album tanpa mantra tekstual yang pasti.

Mereka membutuhkan hampir sepuluh tahun untuk memantapkan kitab yang dirangkai dengan dasar penolakan terhadap tahta puritan dan kebencian terhadap sebuah keyakinan yang merujuk pada monotheisme. Beragam ritual amoral yang disandingkan dengan ragam minuman memabukkan tentunya mengiringi terbentuknya segala sangkalan yang mereka imani sampai diterbitkannya album ini.

Dengan rangkaian ritus dan pemujaan terhadap dewa-dewa death metal mereka melawan logika puritan dan pemahaman yang ortodok. Terbilang mulai dari Malevolent Creation, Sinister, Suffocation, sampai nomor populer oleh Pantera yang lagunya diacak-acak termuat dan menjadi sumber serapan yang runut dalam album tersebut.

Pengalaman mendengarkan album ini menjadi sebatas nostalgia bagi saya ketika masih rajin mendengarkan karakter musik serupa beberapa tahun yang lalu. Mereka dengan gembira dan acuh saja berada pada era di mana kebanyakan musik dikemas dengan matang dan karakter suara yang dihasilkan cenderung memanjakan telinga.

Terlebih keberadaan mereka pada lingkungan Samstrong Record juga sudah menjadi anomali tersendiri. Entah bagaimana perkembangan dan dampak yang dihasilkan oleh album ini sepertinya tidak menjadi soal bagi Abolish Conception.

Dilihat dari tulisan napak tilas yang terdapat dalam album saya menyimpulkan apabila Abolish Conception menjadi sebuah medium eskapisme tersendiri dari tiap membernya. Kesibukan tiap personil termasuk hal-hal yang tidak tertumpahkan dalam produktifitas beberapa band asal mereka seperti Deadsquad, Hellcrust atau Masticator bisa dimuntahkan lewat medium Abolish Conception. Intensitas pertemuan yang cukup jarang serta enggan untuk tampil dengan personil yang tidak lengkap memantapkan Abolish Conception sebagai sebuah arena eskapisme yang tidak bisa diganggu gugat. (FF)