“9051” – Rand Slam

Share

Di tengah maraknya karya sastra puisi yang ditulis mirip seperti catatan kaki. Penulis masih merasa beruntung rap tidak mengikuti pola penulisan kuotasi dan repetisi. Bisa dibayangkan bagaimana “mabok lagi, mabok lagi” diberikan effect autotune dijadikan chant dalam chorus. Ditambah lirik dalam verse yang hanya berisi rima di bagian akhirnya. Namun, rap dengan lirik semacam itu memang sangat popular, selain mudah untuk dihafal, tidak perlu banyak berpikir untuk mencerna lirik semacam: “Ini gaya gue, ga suka ya jangan marah” yang diulang-ulang. Seperti banyak orang yang hari ini menggemari buku “Nanti Kita Cerita Tentang Hari ini”. Penulis tetap lebih memilih puisi milik Bertolt Brecht maupun Voltaire, ataupun tulisan Isaac Asimov dan Dostoevsky. Begitu sekiranya Album 9051 milik Rand Slam dalam pandangan penulis.

Pada 8 Januari 2020, Album 9051 resmi dirilis oleh Grimloc Record. Penyataan tegas Rand Slam tentang album ini sebenernya telah muncul sejak preview artwork untuk cover album dimunculkan. Foto bergambar dirinya dikerubungi puluhan polisi yang berusaha menggiringnya saat kejadian penolakan atas penggusuran warga Taman Sari, Bandung. Sangat tegas, bahwa album ini memang harus segarang dan segetir cover-nya. Didalamnya akan ada cerita tentang luka, depresi, amarah, kekecewaan, kekosongan, harapan dan kemuakan.

Pertanyaan pertama adalah, kenapa Rand Slam memberi judul albumnya dengan 9051? Dalam bahasa papua 9051 (gosi) sama dengan alat kelamin pria, bisa juga dijadikan kata umpatan. Bisa dibayangkan apa yang akan ada di dalam tiap urutan lagu?

Dalam putaran lagu pertama berjudul MAKADAM, Rand Slam langsung membuka pernyataan kerasnya. Mirip seperti pemilihan judul yang memiliki arti proses pengerasan jalan dengan memberi dua macam lapisan batu. Ia melempar lirik Serupa Rakim, tapi kali ini dengan bahasa Indonesia. Ia memuntahkan cerita tentang pilihannya menjalani hidup. Persis seperti foto dalam cover album, dan judul untuk lagu pertamanya. Dia secara tegas dan keras menyatakan bahwa ia tidak akan peduli seberapa sulit jalan yang dipilihnya. Dalam liriknya ia menyatakan “Kami takkan pernah tunduk berlutut, Dihadapan mereka yang terbuai, Jual diri beli mimpi harga tak sesuai”. Lagu ini mengambil sample dari lagu milik Snapcase berjudul Zombie Perscription. Lagu tersebut berasal dari Album Progression Through Unlearning, dari band American Harcore Punk. Sebenarnya,  komposisi ini cukup gelap dan keras untuk sebuah lagu pembuka. Karena beat yang disajikanpun terdengar seperti milik Non-Phixion, sensasi distorsi gitar dan noise drone begitu kental.

Lagu kedua, berjudul SELISIK SEKAT mengambil sample milik The Delfonics berjudul Ready Or not Here I Come. Lagu milik The Delfonics ini sangat popular dikalangan beatmaker, setidaknya Fugees, Missy Elliott, Three Six Mafia hingga User pernah menggunakan lagu ini sebagai sample. Sample brass section-nya memang sangat enak dijadikan kanvas untuk rapping. Pengalaman Rand Slam sebagai seorang anak yang besar di papua, serta persinggungannya dengan gerakan warga Taman Sari, Bandung membuat lagu ini lebih bernyawa. Ia menulis karena terlibat langsung dan merasakan kegetiran disetiap perjuangan dan perlawanan. Kemarahannya menebalkan tekadnya bahkan dalam todongan senjata, silahkan lihat beberapa photo art dalam booksheet di albumnya. “Waktu yang ku punya harus selalu berguna. Karena setiap saat dapat nafas berhenti. Hanya setia harap kata memberi, Tahukan padamu bahwa langkah yang ku pilih. Murni dari hati semua faktaku di lirik”. Salah satu track favorit penulis dalam album ini.

MEWARISI BARA, merupakan lagu yang dirilis pertama kali sebelum peluncuran album 9051. Lagu ini menggunakan bagian instrument dan drum sample dari lagu Kismet dengan judul Amon Duul II. Beat dibuat dengan tempo lebih cepat dari lagu aslinya dengan tambahan sample hook vocal milik James Brown di lagu I Feel Good serta scratch.  Rand Slam menegaskan diri melalui gaya braggadocio-nya, seolah ingin menunjukan kematangan dirinya setalah percobaan beberapa lagu, mixtape, kompilasi dan albumnya. Di lagu ini Rand Slam melakukan drop name sebagai bentuk penghargaannya kepada MV dan Doyz. Memberikan gambaran bahwa hubungan mereka memang sangat intim bukan hanya di dunia musik. “MV dan Doyz, duo emcee yang dope. Ini dari hati, mereka latih racik baris. Mereka bina saya agar bisa binasakan. Kalian, kalian, belajar biasakan” celoteh Rand Slam dilagunya. Bisa dilihat, bahwa Rand Slam merangkai silabel dengan membetuk rima yang menarik hingga pada tingkat suku kata. Jika kurang puas, saya tunjukan pada bait selanjutnya, “aku fasih kamuflase saat ramu frasa. Satu punchline datang bisa sampai remuk wajah. Aku leluasa, skill ku asah dari hobi. Transisi ganti topik, semudah ganti topi”. Rand Slam mengolah liriknya hingga membentuk relasi leksikal (homofon, homonim, homograf). Lagu bisa jadi menjelaskan bagaimana Rand Slam telah memutuskan untuk melanjutkan perjalanan para mentornya di hip hop (Doyz dan MV). Tentunya lebih bagus dari segi teknik mengolah lirik, cadance hingga flow.

Lagu selanjutnya, TAK AKAN JATUH. Setelah melakukan bragging di lagu sebelumnya, Rand Slam nampaknya tak cukup puas hanya menjelaskan dirinya. Di dalam lagu ini, dia kembali ujuk gigi dengan intensi bragging yang lebih tinggi dari lagu sebelumnya. Lagu ini mengambil sample milik Bobby Bland berjudul If Loving You Is Wrong (I Don’t Wanna Be Right), yang diproduksi pada tahun 1999 dalam album Aks Me ‘Bout Nothing (But The Blues). Jika didengarkan dan ditelusur lebih seksama, lagu ini sebelumnya pernah dibawakan oleh Luther Ingram dalam album I Don’t Want To Be Right yang dirilis pada tahun 1972, dengan judul yang sama If Loving You Is Wrong (I Don’t Wanna Be Right).

Nomor selanjutnya, KINGRANDSLAM penegas yang tebal bahwa Rand Slam tidak ingin lagi disebut sebagai Rand Slam. Tetapi sematkan terlebih dahulu kata “King” sebelum memanggil namanya, King Rand Slam. Hal ini ditegaskan dalam chorus lagu ini yang berbunyi “aku dan pena, tim berbahaya, tiap kali beraksi, tak pernah payah, klasik yang asik, ya dengan saya, cara yang enak, tuk cerna saya”. Ditambah lagi dia melancarkan diss secara subliminal, meskipun beberapa catatan liriknya bisa dipahami secara jelas siapa yang sebenarnya dia tuju. Simak bagian diss dalam lagu ini “Sucka mcs kini banyak bertebaran, ramai daftar sayembara. Bawa-bawa selebaran, namun hanya selebaran tulisan yang bagus”. Di akhir lagu dia semakin tidak ragu untuk melakukan bragging, bagaimana tidak, lirik ditulis yang secara verbatim dapat dengan mudah dipahami bahwa dia membutuhkan sparring partner di skena hip hop. Berikut penutup yang seharusnya cukup membuat rapper lainnya merasa tertantang oleh ocehan Rand Slam, “Tentangku, jika mau tantangku, tiap baris ad aarti, kamus senjataku. Aku masih banyak trik, kamuflase pada beat. Aku fasih dalami, okupasi ragam gigs. Tiap kota mereka bersorak. Karena cara mengolah, terlihat di pola, hah”.

Pada NIROJINASI, Rand Slam menggandeng Krowbar Sang Iblis Lexicon. Bukan Krowbar yang menyesuikan gaya dari penulisan hingga cadance milik Rand Slam. Sebaliknya, Rand Slam yang melakukan penyesuaian atas gaya lirik, flow hingga cadance dari Krowbar. Dalam lagu ini pembuatan beat diserahkan kepada Densky9. Salah seorang beat smith  dari Def Bloc yang cukup bersinar tahun ini karena banyak memberikan kontribusi pada proyek kolaborasi bersama rapper-rapper di Indonesia. Densky9 mengutip beberapa sample berikut: Humanity Part 1 by Ennio Morricone, The Thing By John Carpenter (1982), Cramming For College by Pornosonic, The Day The Niggaz Took Over by Dr dre. Densky9 merupakan beat maker yang banyak terinspirasi oleh Pete Rock, Apollo Brown, J-Dilla dan beberapa beat maker di kalangan boom-bap 90s. 

Nomer lagu selanjutnya adalah, PROSA EKSIL. Rand Slam terus mencoba konsisten melakukan penyampaian liriknya dengan komposisi braggadocio dibalut lirik politis dan kritik terhadap banyak kondisi sosial yang terjadi. Membicarakan tentang Fidelis Ari, komidifikasi agama, hingga umpatannya kepada para politisi. Sementara di lagu berjudul JEJEBOY’S INTERLUDE. Rand Slam mempersilahkan Jason Ranti untuk mengisi penuh dengan suaranya. Terlihat seperti skit, tetapi mungkin lebih cocok jika yang dikatakan Jeje dalam lagu ini adalah cerita tentang Rand Slam menurut Jeje.

Pada baris kesembilan, Rand Slam mulai menceritakan dirinya lebih personal. Lagu DIA terdengar sebagai curahan hati yang dia rasakan atas kondisi dirinya. Depresi, kegetiran, kematian, pesimis dan teriakan minta tolong. Apakah Rand Slam berusaha menyisipkan sebuah lagu yang menjelaskan bahwa dirinya sedang atau telah menghadapi persoalan kesehatan mental? Entah, penulis tidak ingin berasumsi banyak. Tetapi dalam lagu ini lirik yang disajikan sangat sublime. Kepada siapa dia minta diselamatkan, dan siapa “Dia” yang dimaksud oleh Rand Slam. Balutan sample flute, oboe dan piano milik The Runaways berjudul Babe Ruth membuat lagu ini terdengar lebih gelap dari lagu lainnya. Meskipun mungkin akan lebih terdengar bagus jika pemilihan sample untuk lagu ini ditambah komposisi string dan rhodes.

Lagu berjudul 9051 diletakan pada urutan nomer sepuluh (10) pada barisan track-nya. Padahal biasanya, lagu-lagu yang mengambil judul sama dengan judul album sering kali diletakan di bagian tengah. Penulis menganggap lagu ini memang bukan bagian dari lagu hits yang ada di album. Tetapi lagu ini menjadi penting karena memuat stament politik Rand Slam. Meskipun saat mendengarnya, lagu ini dirasa bukan menjadi bagian klimaks dari albumnya, melainkan anti-klimaks. Ibarat seorang yang telah melakukan pidato menggebu-gebu. Lagu ini adalah bagian dari kata penutup yang disampaikan secara pelan dengan penegasan intonasi agar para pendengarnya mengetahui jelas keseluruhan pesannya. Sample yang diambil juga cukup banyak, mulai dari Nautilus milik  Bob James, Lost At Birth milik Public Enemy, 1,2,3 milik Naughty By Nature, Fuck The Police milik NWA, There Is No Future dari  Non-Phixion, serta Get The Fuck Outta Dodge dari  Public Enemy.

Dua nomor terakhir dari album ini berjudul PRADUKA dan ARSO. Menurut penulis, sebaiknya Rand Slam mempertimbangan lebih seksama. Karena bagi penulis lagu 6051 sebaiknya menjadi akhir dari album ini. Dua lagu terakhir ini menjadi bagian yang kurang penting karena sepuluh (10) lagu terakhir telah banyak merangkum dan menjelaskan albumnnya. Pada PRADUKA, dia lebih seperti mengulang menceritakan tentang dirinya dan tanah papua. Sementara pada ARSO, mungkin disematkan sebagai penutup bahwa album ini bukan merupakan album terakhir darinya. Beat dalam lagu ARSO cukup compact dengan insert scratch dari DJ Evil Cutz diatas kanvas sample dari Dream Cave berjudul Narrow Escape dan Los Fracundos berjudul Con Los Brazos Abiertos. Bagi penulis, album ini juga menjadi penutup gaya bertutur dari Rand Slam. Jika format dan komposisi album ini diulang pada karya-karya selanjut. Kemungkinan besar lagu-lagunya akan terdengar membosankan. Seperti yang penulis rasakan pada dua track terakhir dalam album 6051. Dari segi lirik dan olah kata Rand Slam memang tidak perlu diragukan. Tetapi untuk soal cadance dan flow, dia masih memiliki penantang yang cukup kuat seperti Joe Million, Insthinc, Tuan Tigabelas, Ramengvrl, serta R̶e̶z̶a̶ ̶A̶r̶a̶p̶ ̶O̶k̶t̶o̶v̶i̶a̶n̶ ̶g̶a̶m̶e̶r̶ ̶g̶a̶n̶t̶e̶n̶g̶ ̶i̶d̶a̶m̶a̶n̶ .

Akhir kata, penulis menilai album ini menjadi sebuah album yang patut dikutip dan dijadikan referensi oleh para pelaku skena hip hop di Indonesia. Sekaligus memberikan variasi bagi perkembangan hip hop itu sendiri. Setelah banyaknya rapper yang mulai muncul ke permukaan, seharusnya hip hop Indonesia mulai menunjukan warna yang semakin berragam. Ditambah lagi, sektor industri rekaman (Def Jam Record) yang mulai mencoba melakukan penetrasi terhadap pasar hip hop Indonesia. Tetapi memang tidak perlu khawatir, bahwa scene hip hop Indonesia telah memiliki keunggulan dari gempuran industri. Hal itu tidak lain karena sepanjang perjalanannya, hip hop telah tumbuh dalam komunitas-komunitas kecil yang saling mendukung. Tanpa industri, hip hop telah tumbuh sangat pesat dari tahun ke tahun dan terus mempertahankan eksistensinya. Jadi tidak perlu risau, pada titik ekstrim, kemungkinan industri rekaman justru akan kesulitan memasukin ‘pasar’ yang hari ini telah banyak dijaga oleh para titan di komunitasnya masing-masing. (HSA)