Liturgi-Liturgi dan AVHATH RITES!: Laporan dari Back To Struggle vol. 7

Share

Pada hari Kamis, 5 September 2024, Paus Fransiskus, pemimpin 1,2 miliar umat katolik sedunia yang sedang mengunjungi Indonesia memimpin misa akbar di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Misa sendiri adalah istilah untuk perayaan Ekaristi dalam ritus liturgi dalam Gereja Katolik Roma. Pada tanggal ini pula gelaran Back To Struggle vol. 7 dihelat. Seperti halnya misa, Back To Struggle juga merupakan sebuah perayaan. Perayaan musik berkelanjutan yang sudah puluhan tahun dihelat. Volume pertama diinisiasi oleh Azmy Abe dan Alm. Reza ‘Cipenk’ pada tahun 2003 lewat kolektif Carclez Extreme Music Community. Baru mulai pada tahun 2007, gelaran Back To Struggle dikelola oleh Heartcorner karena Azmy Abe, Mada Mualim, dan Alm. Reza ‘Cipenk’ aktif pula dalam Heartcorner. Dengan membawa semangat berkelanjutan, Back To Struggle kembali dihelat setelah sempat mandek selama 13 tahun. Pada volume 7 yang digelar di hall Hetero Space Banyumas, gig kali ini menampilkan satu band dari ibukota, Avhath, yang sedang menjalankan tour 4 kota bertajuk Crimson Prelude. Mereka didampingi 4 penampil lokal, Dracul, Sadstory On Sunday, Rusaliar, dan Getar.

Waktu menunjukkan pukul 18.00 saat saya datang. Pada gig yang dijadwalkan mulai pada pukul 19.00 WIB ini nampak penampil pertama sudah menyiapkan peralatannya di panggung, dan beberapa anggota penampil kedua sedang wira-wiri keluar masuk back stage. Di luar hall beberapa lapak juga udah tertata rapih. Beberapa lapak tersebut ada dari Unholy Pressure, Javar Music Store, Kafann Production, Samstrong Records, dan Heartcorner Records, serta ada lapakan merch dari Avhath. Baru ada sedikit orang yang datang duduk-duduk di selasar Hetero Space yang tentu saja sedang melakukan gogon-gogon antar skena. Gogon yang tentu saja tidak akan membawa solusi apapun pada permasalahannya ini akan selalu seru dan akan selalu ada karena akan menjadi bagian dari tumbuh kembangnya sebuah skena. Tidak terlihat adanya sponsor pada acara ini karena Kemal selaku pengelola Heartcorner Records yang menyelenggarakan acara ini memang sudah biasa membuat acara tanpa adanya sokongan dana dari pihak luar. Murni dari pembelian tiket dari penonton saja. Seperti gigs-gigs lain yang Kemal selenggarakan, perihal dari mana uang untuk menyelenggarakan perhelatan Back To Struggle vol. 7 selain dari tiket penonton ini hanya Kemal dan Tuhan yang tahu. Indie Jaya Rugi Selalu, bos!

Ritus Pembukaan

Acara ini tidak menggunakan MC. Jadi, para penonton tidak tahu persis kapan acara mulai, orang-orang yang masih di luar baru masuk ketika penampil pertama membawakan lagu pertama. “Eh, itu udah mulai!”. Para kerumunan yang sedang asik gogon ini segera mematikan rokok mereka lalu masuk ke dalam hall untuk menyaksikan penampilan dari Dracul. Diiringi oleh DJ Bagaswkwk, Dracul menyuguhkan 6 lagunya kepada para penganut Ordo Nocturno yang hadir malam itu. Bak bus Sumber Bencono yang terkenal ngebut dan ugal-ugalan, Dracul dapat menyemburkan seribu kata per menit seraya mondar-mandir ke kanan dan ke kiri panggung. Penonton dibuat asik dengan beat-beatnya dan dibuat kagum dengan bagaimana ia menyusun rhyme. Kualitasnya sebagai rapper terbaik di kabupaten ini memang sudah tidak perlu dipertanyakan lagi. Bagaimana tidak? Ia akan bermain di Pestapora pada edisi 20 September 2024. Sebuah kebanggaan tentunya untuk industri musik di kabupaten ini. Selain itu Dracul juga sedang menjalankan tour promo albumnya, tour bertajuk VLP (Vampiric Legion Pancasona) ini akan menjalani titik akhir dari tour VLP di Bali pada tanggal 7 September 2024. Yak betul, setelah acara Back To Struggle ini ia harus langsung siap-siap bertolak ke Bali, makanya ia terlihat sober sepanjang acara berlangsung. Tidak seperti Dracul biasanya yang selalu sempoyongan ke kanan dan ke kiri sambil meracau cengengesan. Dracul mengungkapkan kalau ia terkesan main di Back To Struggle ini. “Feel sama Vibesnya dapet, enjoy banget & bisa ngasih penampilan 100% mungkin karena acaranya intimate ya, berkesan banget”. Sukses terus, Dracul!

Liturgi Getar

Sebelum acara dimulai, Kiki Getar sudah membuat heboh satu Hetero Space dengan keluar dari back stage ke depan hall dengan cosplay Frieren full dari atas sampai bawah. Ia keluar karena ingin berfoto dengan bang Ekrig yang sedang nongkrong di lapakan merch-nya Avhath. Alih-alih hanya ingin foto dengan bang Ekrig, ia malah jadi rebutan foto sana-sini. Setelah itu ia kembali ngumpet ke belakang panggung. Waktu berlalu, Dracul selesai dengan penampilannya, Getar mempersiapkan peralatan untuk penampilan mereka. Tidak ada yang aneh karena selain Kiki yang sudah ‘ketahuan’ cosplay jadi Frieren-sama, personel lain dari Getar juga hanya menggunakan pakaian biasa. Di lagu pertama, getar kembali mengejutkan para penonton dengan keluarnya Gempi Wijaya yang cross-dressing. Ia nampaknya sedang cosplay sebagai e-girl e-girl yang sering disautnya di twitter. Gempi ini memang terkenal aktif 24/7 menggoda alter-alter di aplikasi X. Akun lamanya sempat kena banned oleh X karena kelakuannya yang terkenal ‘CLUTHAK‘ itu. Bukannya taubatan nasuha ia membuat akun baru dan malah semakin menjadi. Penampilan Getar kali ini masih sama dengan penampilan Getar seperti yang sudah-sudah, good old Getar lah. Yang membuat penampilan kali ini berbeda adalah mereka meng-cover lagu ‘Poppies Lane Memory‘ dari Slank yang dikemas sedemikian rupa dalam bentuk blekmetal palsu. Tidak ada perubahan yang signifikan dari lagu tersebut, tidak berlebihan, pas. Saya pribadi suka. Sejujurnya saya memang suka materi-materi lagu dari Getar, menurut saya cukup berpotensi menjadi band besar. Lekaslah besar blekmetal palsunya Purwokerto!

Liturgi Rusaliar

Penampil selanjutnya adalah Rusaliar. Band Hardcore yang terbentuk pada tahun 2014 ini memanfaatkan Back To Struggle sebagai momentum comeback mereka dengan format personel awal saat terbentuknya Rusaliar. Ini pertama kalinya pula mereka membawakan penuh EP mereka yang bertajuk ‘Fight For Besi Bajingan’. Di luar setlist EP, mereka juga membawakan lagu ‘Mereka Tak Terlihat‘ dan ‘Ergastula‘. Band yang memiliki basis masa yang cukup kuat ini mengumumkan mereka akan merilis 2 single dan sebuah EP di tahun ini. Teruslah konsisten, Rusaliar!

Liturgi Sadstory On Sunday

Band ini adalah legenda revival emonya Purwokerto. Kalau kata orang-orang, sich. Band yang dibentuk tahun 2004 ini baru saja menyelesaikan tour 4 kota mereka yang bertajuk ‘Embrace Tour 2024’ diambil dari single terbaru mereka yang berjudul ‘Embracing Serenity in a Sorrow’ atau yang kalau kata personel mereka judulnya ‘embah-embah racing’. Band ini berhasil memukau para penonton dengan lirik lagu dan saut-sautan gitarnya yang menyayat hati. Pada gig ini terlihat pula pemandangan tak biasa. Wiman yang sebetulnya sudah jarang sekali terlihat pada gigs-gigs lokal karena kesok sibukannya dalam dunia akademik, turut serta nampak dalam deretan penonton. FYI ia juga merupakan penyanyi dan penulis asli dalam lagu Sadstory On Sunday yang berjudul ‘We Could Be Anyone Else’. Kita bisa saja menjadi orang lain, kita bisa saja pergi dari tempat dan diri ini untuk memulai sesuatu yang baru, tetapi kita lebih memilih untuk menjadi orang yang gagal, orang yang habis, orang yang penuh dengan kemalangan dan kebencian, kira-kira itulah makna lagu We Could be ini yang saya tangkap. Wiman juga berkontribusi menulis lirik lagu-lagu lain seperti ‘This City‘ dan ‘Embracing‘ bersama vokalis mereka Descond tentunya. Lagu demi lagu dibawakan oleh Sadstory On Sunday, dan lagu terakhir, tentu saja dan selalu, adalah lagu We Could be tersebut. Kali ini mereka dibantu oleh Shiddiq ‘Acis’ dari Bunker/Warlok pada vokal. Pada akhir lagu, beberapa penonton mengangkat Wiman untuk surprise crowd surfing. Bukan crowd surfing biasa, ini juga adalah sebuah penghargaan kami pada mereka, untuk kontribusi Wiman dan Sadstory On Sunday yang sudah mewarnai dunia permusikan Purwokerto dalam puluhan tahun ini. Bow down to you all, mad respect!

Ritus Penutup

WELCOME TO AVHATH RITES!

Avhath memilih Purwokerto sebagai destinasi pertama dalam tour mereka yang bertajuk “Crimson Prelude Tour”. Unit blackened metal ini benar benar mengunyah habis sesiapa saja yang hadir di tengah-tengah hall Hetero Space Banyumas. Decak kagum, geleng-geleng kepala, melongo, apapun itu name it. Selain materi lagu mereka yang tentu saja berkualitas dan tidak perlu dibahas lagi, produksi sound mereka juga tidak main-main. Beberapa kali datang ke acara yang digelar di Hetero Space Banyumas, saya hapal betul, belum pernah ada penampilan dengan detil suara seperti yang dihasilkan mereka ini, akustik dari gedung ini memang hancur lebur. Setelah beberapa lagu pertama, banyak dari kami yang keheranan, hanya bisa tatap-tatapan mata, lalu keluar hall sebentar sembari berkata ‘Ha? Kok bisa gini? Ini gimana?”. Pada akhirnya pertanyaan-pertanyaan tersebut kami simpan dalam hati saja, kami bahas nanti selepas acara, fokus moshing!!

Sepengamatan saya mereka membawakan 11 lagu, dari Eulogy I, IV. The Solipist, Abhorrent Display, Serpentine, Lethargy, dan Return to Sender, Hallowed Ground dan beberapa lagu asing yang mungkin lagu baru mereka. Dan kata Ekrig, ada lagu yang baru pernah dibawakan di Purwokerto. Pemandangan tak biasa juga terlihat di malam itu ketika mereka membawakan lagu Serpentine. Ekrig membelah penonton yang hadir, pertama kalinya ada wall of death di Hetero Space Banyumas. Goks!! Untuk stage act sebetulnya ya biasa saja, personel instrumen diam di tempat, hanya Ekrig saja yang sesekali mondar-mandir kanan kiri. Dari segi outfit juga biasa saja, tapi entah kenapa, beberapa dari kami setuju kalau mereka memiliki aura yang berbeda. Aura gelap dan seram sejadi-jadinya. Didukung dengan visual setup yang memang sangat mendukung, tidak semua band bisa seseram ini.

Singkat cerita acara telah usai, para crew acara, penampil, band dan beberapa penonton melakukan sesi foto bersama, setelah itu Ekrig menyalami kami satu satu sembari mengatakan “Semoga puas ya semuanya”. Sepengamatan saya, tidak ada raut wajah kecewa dari semua yang hadir, termasuk dari Kemal, saya yakin acara ini rugi banyak, tapi dia terlihat sumringah sekali dan puas atas karyanya malam itu. Tidak terlalu lama pasca melakukan aksi panggung perdananya di Purwokerto, Avhath pamit beristirahat agar keesokan harinya bisa kembali prima untuk melanjutkan perjalanan tour mereka ke titik selanjutnya, yakni Salatiga.

Secara keseluruhan, acara ini bisa dibilang berhasil, pun berhasil memotivasi kami para musisi serta para sound engineer di Purwokerto kalau sebuah penampilan live bisa seseram itu. Memberi kami pelajaran positif yang tentunya membantu perkembangan musik di kota ini. Akhir kata, panjang umur pertunjukan yang istimewa! Panjang umur Heartcorner! Mulyono, Fufufafa, dkk minggir dulu!!! (GNP)