The Decade: Polkadots 10th Anniversary

Share

Menjalani kehidupan sebagai pegiat musik cutting edge di kabupaten, apalagi hingga melewatinya hingga bertahun-tahun adalah sebuah tantangan tersendiri. Naik-turun animo pendengar seringkali berpengaruh pada semangat berkarya bagi pelakunya, dan Polkadots adalah salah satu nama yang sanggup melalui dinamika kehidupan bermusik kelas kabupaten hingga satu dekade lamanya.

The Decade, adalah sebuah perayaan usia 10 tahun dari band yang lahir dan besar di area Purwokerto tersebut. Digelar di Sekawan Social Space pada 17 Desember 2023 lalu, The Decade dibuka pada pukul 19:38 oleh MC Basssat dengan sesi bincang ringan bersama para personel dan kru Polkadots menapak tilas perjalanan hidup mereka dari awal hingga kini. Sesi ini tampak tidak banyak diminati oleh para penonton yang hadir karena mungkin ini adalah sebuah hal yang bukan menjadi kebiasaan mereka yang selama ini selalu disuguhkan dengan format acara yang menyajikan keriuhan dan hingar-bingar dari awal hingga akhir acara. Namun bagi saya ini merupakan hal yang baik untuk diperkenalkan pada khalayak, dan Polkadots berani melakukan terobosan tersebut.

Usai sesi berbincang, Polkadots secara eksklusif memperdengarkan single terbaru yang belum mereka rilis, yaitu ‘Berjalanlah’ yang menampilkan kolaborasi bersama Mustika Kamal yang sekarang ini menggawangi unit punk rock asal Bandung, Billfold

Sound system yang sudah mulai menghangat kemudian memutar sampling opening milik Polkadots yang membuat penonton merapat ke depan panggung. Dibuka dengan lagu ‘Mantan Kekasih’, penonton yang merapat terbagi menjadi dua bagian; barisan terdepan memilih bernyanyi bersama idolanya, kemudian barisan kedua lebih memilih unjuk gigi keahlian kung fu-nya. 

Jika disimak pada beberapa panggung belakang, set list lagu Polkadots sebetulnya tidak banyak berubah. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh beberapa faktor, yang salah satu diantaranya adalah tentu kepadatan jadwal panggung mereka tiap minggunya yang tentu menyita waktu untuk berproses dalam menelurkan karya-karya baru. Namun saya rasa para penggemar tidak perlu khawatir karena seperti yang disajikan pada awal acara, mereka akan meluncurkan sebuah karya terbaru berupa single dalam format video musik dalam waktu dekat. Hal ini menunjukkan bahwa mereka proses kreatif mereka terus bergulir meski berada dalam jadwal panggung serta pekerjaan dan kehidupan pribadi masing-masing personel.

Kembali ke panggung, setelah memainkan beberapa lagu andalan mereka, sempat terjadi sedikit kericuhan pada saat jeda masuk ke lagu ‘Pergi’. Namun kejadian tersebut tidak berlangsung lama, karena pihak keamanan langsung bertindak dan mengkondisikan area moshpit. Menurut saya, ini menjadi poin penting juga dalam penyelenggaran acara yang berkolaborasi dengan Voice Hell tersebut. Meski The Decade disajikan dalam sebuah pertunjukan intim skala kecil, Polkadots dan Voice Hell tetap menerapkan kaidah-kaidah pertunjukan yang cukup proper untuk memberi kepuasan pada penonton yang hadir pada malam itu yang ditutup dengan lagu yang membuat Polkadots berada dalam posisi seperti sekarang ini, dikenal oleh banyak orang dan memiliki fan base yang cukup solid, yaitu ‘S.I.A.P’.

Dengan berakhirnya gelaran The Decade, kita bisa melihat bersama kisah Polkadots bisa menjadi contoh serta motivasi bahwa menjalankan pola bisnis dengan semangat kemandirian di Purwokerto adalah hal yang masuk akal untuk dijalankan, tentunya dengan memperhatikan beberapa hal seperti konsistensi, manajemen band yang bagus, baik internal yang meliputi; pengelolaan karya, SDM, equipment, serta eksternal; fan service yang baik dan berjejaring dengan banyak pihak. Bagi teman-teman yang baru terjun dalam dunia musik kreatif dan ingin melangkah lebih jauh, kisah Polkadots bisa menjadi contoh untuk dipeljari dan mereka bisa menjadi mentor yang baik bagi kalian. (KFR)